Jumat, 31 Maret 2006

Jadi ke Padang!!

Alhamdulillah , kemarin pak pos nganterin paket dari home office.


Yes, paspor dan ijin tiinggal sampai akhir tahun ini...


Artinya, 16 April, aye jadi pulang ke Indonesia (tepatnya Padang) via Singapore (Feeee)


Pulang sebentar saja....cuman 1pekan persis dari datang dan pergi lagi.


Jadi, nggak bisa ke Jakarta...or ke Jatinangor ...or singgah ke Bogor .


Atau, teman-teman saja yang ke Padang , ketemu di sana yuk,....


alhamdulillah


 

samba lado mudo

Description:
belajar dari rasa samba lado Ikonyo (Jatinangor), dan samba lado Umak tercinta,
asli..resep yang bikin nduut...makaaan terus, kek kek
Ni sambel dijamin bikin timbangan cepat naik.

Ingredients:
Cabe hijau dua genggam
tomat 3
onion 2 sedang
terasi, sesendok teh/teri medan 1/2 genggam
minyak untuk menumis
gula garam seseleranya.


Directions:
1.Rebus cabe hijau sampai layu dan tiriskan, sementara itu iris tipis onion dan tumis sampai harum dan layu.
2. Chop tomat (potong2 maksudnya)
3. Blender cabe hijau dan tomat. Blender mati-hidupkan, hingga hasilnya cabe tidak terlalu halus. Kalau punya batu panggiliang lado, silahkan ditumbuk kasar saja :-))
4. Goreng dengan minyak cabe, onion goreng. Masukkan terasi/teri...Tambahkan gula dan garam sesuai selera.

Jumat, 24 Maret 2006

You Have Minidress? how short?

Di Chem. Dept, ada empat guru. Dua lelaki. Dua perempuan.


Satu yang perempuan, Dr. G, tipical wanita kuat, cerdas, dan sangat pe-de. Hingga sehari-hari, cenderung intimidated dan mudah memandang rendah siapa saja yang kebetulan tidak secerdas doski. Doi dah berusia sekitar 60 tahun, well off dan menikamati hidup banget lah.


Kek kek kek.


Tapi, mah aye nolak untuk kurang pe-de di depan beliau. Karena, gimana-gimana juga, saya Muslim, he he he.


At one point, dia bicara agenda dia siang itu, hairdresser.Potong rambut.


"Maimon, how long is your hair?"


"Quite long...." Sambil mengindikasikan panjangnya. "Before married to my husband, I used to have ......, but........"


"What's the colour?"


"*"+@?*"


"Do you always wear that at home as wel?" Menunjuk jilbab.


"Ofcourse not, Jenny. I'll die if I have to wear it 24 hrs, 7 a week." (Nggak mati-mati banget sih...paling mati kutu, he he heOr kutunya yang mati, nggak bisa bernafas, ha ha ha)


"So, you do open it at home."


Ya lah.


"What do you wear at home then?"


"Nice dress."


"What kind of?"


Walah...ini mah...


"Like yours."


"Really?" Mata membulat. Bajunya lengan pndeka dengan rok  selutut.


"Do you have minidress as well?"


"Yes I do." (Sering juga dipake pas summer)


"How short?"


Ampuun deh. I think I know why this is that type of question. Let's kill it!!


"I have that short....and that short..." Meningindikasikan. "And Jen, I wear make up as well." (Jaraaaang sih....sekali setahun juga nggak. Setelah Wafa lahir belum pernah lagi pake lipstik, kek kek)


"Wow. Do you do your hair as well?"


Kalau maksudnya disisir dan dijalin mah iya...."Yes."


"Gosh. I am glad. I am very glad Maimon." Matanya berbinar-binar.  Dalam hatinya, kali Maimon tak selalu lusuh...


"I am not every time dowdy, Jenny. I have my moment as well." Ketawa-tawa.


Jenny masih menatap antusias.


"So your kids knows that...you know..."


"Oh yeah. Soon I enter the house, open this jilbab."


"What's the name again?"


"Jilbab."


"Jilbab."


"Yup. When we are ready to go somewhere one of them may get me the jilbab in order to rush me."


"But, you always have different kind of...jilbab isn't it?"


"Yep. Depend on the colour." (Sering nggak macthing juga seh)


"Why don't you put make up when you are going out as well? There is nothing wrong, isn't it?"


"I don't want other man notice."


Jenny terperangah. Tersentak.


"So tha'ts why..."


"Yes." Ah, society yang di mana women dress to kill, to get a bit of flirtation there and there.


Jenny agak lama terdiam. As if shrugging something. "Well I like my sun, you know. Whenever the sun appear, I just want to throw away my things."  Maksudnya berpakaian seadanya. "Is not it hot for you?"


"Sometimes. Especially in my country. But you get used to it. No trouble at all."


Dalam batin berdoa semoga satu ketika dia melihat indahnya Islam, indahnya hubungan suami dan istri yang dilandasi iman...Amiin. 

Senin, 20 Maret 2006

Beruntungnya Hidup di Luar Negeri 2

Sir Thomas Bertram (Mansfield Park) berkata: 'Anak yang dibesarkan dengan keprihatinan dan pendidikan moral, lebih berhasil menjadi manusia yang utuh daripada anak yang dibesarkan dengan fasilitas dan kemudahan'.


Dan memang, sejarah manusia-manusia besar, seperti para nabi (Rasulullah SAW yatim piatu, pengembala biri-biri, anak angkat dst: Nabi Musa dari kelompok minoritas: dsb) atau pemimpin dunia berasal dari keluarga sederhana dengan pendidikan moral terjaga.


Ada dua resep mencetak pemimpin duani:


1. Kesederhanaan


2. Pendidikan moral


Itulah yang membuat saya dan suami memutuskan bahwa anak kami akan dibesarkan dalam kesederhanaan. Bahwa membuat mereka sadar akan sebagian besar manusia di dunia hidup dalam kekurangan, lebih baik daripada menuruti semua permintaan mereka. Seperti Arik minta 'why don't we have a car like Husna?'


Once a while mereka dibelikan baju baru. But for most, kami membeli baju di pasar loak a la Inggris.


Mainan mereka sebagian besar juga dibeli di pasar loka. Buku apalagi. Hanya satu dari 30 items yang dibeli baru.


Dan mereka sadar, yang penting bukan beli di mana, tapi fungsinya.


Kami beruntung, karena di Inggris belanja ke pasar loak adalah biasa. Belanja ke charity hop adalah biasa. Tidak ada 'image' rendah karena itu. Lain hal di Indonesia. Di mana, (Mak membelikan saya sepatu di pasar burung Padang) pasar loak adalah kelas lebih rendah :-(


Kami beruntung karena bisa menjaga anak-anak dari 'nangga'. Karena tidak biasa di sini membiarkan anak main ke rumah temannya, pun tidak biasa juga membiarkan teman mereka main ke rumah. Kecuali sebelumnya sudah janjian.


Dengan demikian, walaupun mereka sekali dua melihat PSP, atau game di komputer, tidak sampai membuat mereka merengek-rengek minta dibelikan PP atau games :-) Alhamdulillah.


Dengan demikian, saya bebas menstimuli otak yang sedang berkembang itu dengan buku, dengan alam, dengan cerita :-))


Alhamdulillah.


Alhamdulillah, karena kemahalan biaya, kami tidak mampu punya 'khadimat' alias pekerja domestik di rumah. Semua dikerjakan sendiri. Mulai dari belanja bahan masakan mentah, sampai memasaknya, dan menyuapkan kepada anak.


dengan demikian, tidak ada masa anak bersama orang lain. Hingga, kami yakin, apa-apa yang mereka dengar, yang mereka serap semua sudah difilter :-)


Ada saja pilihan untuk memasukkan mereka ke nursery pemerintah. Namun, sebisanya, kami menjaga anak di rumah. Tidak apa tidak punya uang lebih, namun anak selalu melihat dua wajah yang mencintai mereka dengan sepenuh hati.


Membiarkan mereka bersama orang lain (apalagi yang digaji...di mana kecintaan mereka belum tentu seikhlas kita) bagi saya agak mencemaskan. Bagaimana jika mereka tidak nyaman?


Anak memiliki perasaan sangat halus. Mereka sangat tahu mana-mana senyum terpaksa, mana-mana cinta sepenuh jiwa.


Dan menyirami jiwa mereka dengan cinta, lebih berharga daripada membelikan mereka mainan baru dan bagus.


"I love you very very much Umi...every day I ilke you"  adalah 'gaji' yang tak ternilai harganya.


Semoga, kembali ke anah air, kesederhanaan itu tetap terjaga :-)) Walaupun kembali ke tanah air = kembali kepada dunia menulis....dekat dengan pembaca Muthmainnah :-)) (*!"@!!)


Sungguh, menjadi Ibu di rumah sangat berharga.


Tell me that I lost my fighting spirit, I care none of it (I know that I can be anyone I want, bi'idznillah) tapi, menemani mereka, sampai mereka tak perlu ditemani lagi adalah pilihan :-)


 

Jumat, 17 Maret 2006

Beruntungnya Hidup di Luar Negeri

Ah,


Alhamdulillah,


Allah memberikan karunia nikmat tinggal di luar negeri ketika anak-anak masih balita. dulu bawa anak satu, usia 4 bulan pas, sekarang anak sudah tiga..


Beruntung hidup di LN karena:


1. Bisa hidup seadanya...tanpa harus tergoda untuk punya mobil atau TV flat screen. Karena tidak perlu punya mobil pribadi, toh bus juga nyaman. Tak perlu beli TV, toh TV buangan orang masih bisa ngasih gambar.


2. Bisa ngatur jam kerja semaunya. Sesuai kebutuhan anak-anak. Sesuai jadual nyusunya bayi. Enaknya. Tinggal milih. Mau kerja jam 7? Jam 10? Jam 12? Jam 15? Semua ada pilihannya. Mulai dari petugas kebersihan di berbagai tempat, dinner lady/petugas makan sekolah atau loly pop woman, alias yang ngantar anak nyeberang.


Jamnya juga bisa milih. Bisa 2 jam sehari, bisa 3 jam sehari, bisa bahkan cuman 1/2 jam sehari.


suka sekali, kerja 2,5 jam saja sehari, pergi anak-anak sudah kenyang dan senang main. Pulang ketika mereka memang minta Umi.


3. Tak perlu punya rumah karena banyak kontrakan. Banyak rumah kosong. Kalau di Scotland, kalau mau sabar dikit, bisa nyewa dari council yang super murah. Kalau nyewa dari private landlord, kalo kebetulan dapet landlord orang Pakistan yang super baik, lima tahun nyewa, harga cuman beranjak 20 pons. Sodara seiman lah. Jadi, banyak cingcau juga.


Karpet jelek dan bulukan, lapor sama landlord. Diganti baru. Nggak perlu bayar mortgage/kreditan.


4. Nggak perlu stress ngejar karir. Nggak ribet mikir promosi dan sebagainya. Status kita abadi, cleaner, dan selalu cleaner. Hidup cleaner!!


Bahagianya para ibu Indonesia yang bisa menopang ekonomi keluarga mereka dengan menguli di kantor dan sekolah.


Cleaner namun bisa haji.Cleaner namun bisa jalan-jalan ke eropa.Cleaner, namun bisa banyak hal...


Nggak bikin kepala pusing, atau otak tersiksa...


sepanjang bisa ngosongin tong sampah, bisa nyapu, bisa vacuuming, bisa ngepel, kerja di tangan.


Apalagi, ibu-ibu Indonesia terkenal pekerja yang rajin, teliti dan baik.


Eh Hm.


Senang sungguh hidup di LN  saat anak Balita, karena pergi dan pulangnya bisa sesuai kemauan mereka.


Semoga menit-menit bersama itu menumbuhkan mereka menjadi muslim/ah yang sholeh/ah, berguna untuk umat.


 


 


 


 

inec meeting

Start:     Apr 8, '06 11:00a
End:     Apr 18, '06
Location:     dilston rd

Selasa, 14 Maret 2006

Kecele...Makanya

Pagi ini, sesudah mengantar dua bujang ke sekolah, saya melompat naik bus 12 yang paling depan. (Ada dua  no.12 sekali datang. Biasa deh, pagi-pagi jadual suka kacau)


Eniwei, ambil metro dan buka koran. Berita biasa-biasa.Nothing spectaculer kayak kematian Milosevic kemarin. wuih, Lord Snowdon sampai berang di Independent. Mengingatkan jangan sampai peradilan ditutup. JAngan  sampai kekejian dilupakan. Jangan sampai Brittish cuci tangan dan pura-pura lupa bahwa Tory Gov. sudah membiarkan ethnic cleansing itu di depan mata mereka.


Ampe takjub bacanya.


Ada yang kenal Lord Snowdon ini?


Pingin ngasi medal sama beliau.


Sampai di Blackett Lelaki di depan turun mengempit 4 koran.


(Kali beli, mun. Cuman, beli di mana, pagi-pagi? Rajin baca nih)


Loh, semuanya koran metro?


(Jadi inget temen Indonesia yang selalu membawakan koran untuk teman-temannya. Satu untuk temen sebelah meja. Satu untuk istrinya. Satu buat dia. Satu lagi?? Untuk bungkus2 kali..)


Ups.....Semua dikembalikan ke basket koran.


Waaaa, pecinta alam nii...Rajin tidy up  after others. Recyclist...Good manner and thoughtful.


Jadi pingin malu...


 

Senin, 13 Maret 2006

pret a manger

Rating:★★★★
Category:Restaurants
Cuisine: Other
Location:monument, newcastle
cappuccinonya yummy banget. Smooth, rich, and full of flavour.

tujuh tahunan

Start:     Mar 25, '06 3:45p
kalo ngikuti tahun masehi, ini genap 7 tahun bersama