Senin, 23 November 2015

Di Jalan Dakwah, Aku Menikah

Tadi mengisi kajian muslimah, 'Di Jalan Dakwah, Aku Menikah'.
Peserta memang dibatasi.
Saya mengisi sesi kedua tentang manajemen keuangan rumah tangga dakwah.
Saya akan ringkaskan (mohon maaf, dalil tidak semua saya kutip)
*
Menikah dalam dakwah berbicara tentang menyatukan dua kekuatan. Berkah atau tidaknya pernikahan itu nampak dari keadaan keduanya setelah menikah. Jika setelah menikah salah satunya atau keduanya hilang dari dakwah, pernikahan itu belum menyatukan dua kekuatan.
Yang terjadi, malah pernikahan itu menghilangkan potensi dakwah mereka. Kenapa? Entahlah.

Andai setelah menikah, kontribusi dakwah keduanya berlipat ganda, maka itulah hasil keberkahan pernikahannya. Satu tambah satu tidak sekedar dua. Bisa jadi sejuta.
Sebelum bicara tentang manajemen keuangan dalam keluarga dakwah, ada beberapa hal yang harus disepakati lebih dahulu:

1. Suami memiliki kewajiban memberi nafkah pada istri. Surat Annisa, 34 adalah tentang kepemimpinan lelaki karena mereka menafkahi istri. Nafkah ini semacam ‘gaji’ suami pada istri, untuk istri sendiri. Ini bukan uang belanja dapur.
Kewajiban istri pada suami adalah pelayanan istimta. Saja. Istri tidak wajib memasak, mencuci, atau mengepel. Berbeda dengan konsep ‘kasur, sumur, dapur; dalam Islam, istri hanya wajib mengerjakan ‘tugas’ di kasur. Jika istri kemudian juga memasak, itu sedekahnya pada keluarga. Harus ikhlas ya ibu-ibu, supaya pahala mengalir.

2. Dasar pernikahan dalam dakwah adalah taawun dalam kebaikan (Al Maidah, 2). Saling bantu, saling menguatkan, saling mengokohkan dalam dakwah. Walaupun kewajiban menafkahi di tangan suami, tapi jika keadaan menuntut, istri sangat terpuji jika membantu suami menanggung pembiayaan keluarga.

Setelah kita sepakat, maka kita perlu kenali harta terlaknat dan harta penuh berkah. Harta terlaknat adalah harta hasil riba, tercampur riba, atau hasil bekerja di lembaga yang menerapkan riba. Allah dan Rasul akan memerangi orang yang menawarkan riba, menggunakan riba, mencatatkan transaksi riba (Al Baqarah, 178-179).

Harta yang juga tidak akan membawa kebaikan adalah harta yang didapat dari usaha penimbunan barang hajat hidup orang banyak. Juga ada harta yang didapatkan dengan usaha yang mendholimi orang lain, atau didapatkan dengan menyuap dsb. (Al BAqarah 188).

Harta terlaknat ini akan membawa pada kebangkrutan (walau hasilnya sepertinya banyak), pelakunya bangun di akhirat nanti dalam keadaan gila dsb.

Harta penuh berkah adalah hata yang didapat di jalan yang baik dengan keringat sendiri. Walau sedikit, kalau halal, maka efeknya panjang. Sebaliknya, harta haram, cepat datang, pergi pun tidak terasa. Darah dan daging yang dibentuk dari uang haram, sesungguhnya akan jadi bahan bakar neraka. Oleh karena itu, keluarga hendaknya dibangun dari harta yang berkah (halal).

Manajemen keuangan harta berkah (halal) tetap diperlukan, walau ada jaminan efeknya panjang. Ketrampilan manajemen ini salah satu syarat efek panjang tadi, menurut saya.

Ada beberapa hal yang perlu dimiliki keluarga dakwah:
a. Sifat qanaah pada harta dan kehidupan. Cukup. Tidak berlebihan. Ambil ‘nilai’ tengah. Cara termudahnya, deteksi mana yang berupa ‘kebutuhan’, mana yang ‘keinginan’. Keluarga dakwah akan berusaha mencukupkan penyelenggaraan kehidupan mereka pada hal-hal yang masuk pada ‘kebutuhan’ saja. Sesekali, mangga jika akan memenuhi ‘keinginan’.

b. Menyisakan penghasilan untuk masa sulit. Harus menabung walau sedikit. Rasulullah menyuruh ini.

c. Sebelum menganggarkan uang untuk berbagai hal kebutuhan, keluarkan dulu zakat dan sedekah.
Saya membiasakan diri mencatat pengeluaran secara detil, sampai ke ratus rupiah untuk mengetahui ‘ritme’ pengeluaran sehingga tampak ‘lobang’ terbesar yang mengisap penghasilan itu. Jika lobang itu ada pada item makanan, maka saya akan sederhanakan. Sesungguhnya dari makanan, yang dibutuhkan itu kalori, protein dsb. Tidak harus beras pulen, beras local kelas dua pun bisa. Tidak harus keju sebagai sumber kalsium, ikan teri pun bisa.

Demikianlah....

Pernikahan dakwah tidak melulu tentang hilir mudik membersamai dakwah. Pernikahan dalam dakwah juga berarti mengokohkan dakwah dengan harta yang dimiliki. Minimal, jangan sampai jadi beban dakwah….

Minggu, 22 November 2015

Ringkasan Sejarah Penjajahan Palestina dan Israel Perampok

Kenapa saya tidak membahas perjuangan Palestina di halaman ini setelah pembantaian terakhir? Karena hal itu sudah sangat sering dibahas di sini.
Titik berdiri saya jelas. Pada 1918, titik dimulainya zionist internasional, dari cacah jiwa hanya ada 2% Yahudi di Palestina. Mereka tentunya turunan 70 keluarga Yahudi yang dibolehkan masuk oleh ke Palestina setelah Jerusalem dibebaskan Umar bin Khattab (ada dalam Umar's Assurance of Safety) dan Sholahuddin Al Ayubi.

(Catat: Saat Romawi menguasai Aelia Capitolina, Yahudi dilarang masuk. Saat pasukan Salib masuk ke Yerusalem pada 1099, mereka membunuh seluruh penghuninya…70 ribu, dalam mesjid AL Aqsa saja Cursader membunuh 10ribu Muslim dan Yahudi...rata-rata ulama dan orang yang memilih hidup dalam mesjid untuk mengajar/belajar...Kalau Yahudi masuk ke Al Aqsa mencari perlindungan (sumber Ibnu Athir dan William of Tyre) terdiri dari Kristen Timur (East Christian, atau Kristen Arab), Yahudi dan Muslim, sampai menurut Gesta Francorum, diari foot soldier Crusader mencatat darah setinggi lutut kuda di dalam Old City.)

Saat Theodore Hertzl menggerakkan pengusaha aktivis zionist untuk membeli tanah di berbagai lokasi di Palestina dan mengirimkan Yahudi pendatang ke sana, pergerakan demografi Yahudi berubah. Pada 1946, mereka 15% dari total penduduk Palestina. Sisanya Muslim, Kristen dll.Oh iya, sebelumnya Theodore datang ke beberapa raja dunia lainnya, mencari lahan untuk dibeli guna mendidikan negara Israel. Jadi, PAlestina bukan pilihan pertama.


Dubes Palestina untuk Indonesia yang diwawancarai Kompas mengatakan hal serupa. "Saat gerakan zionis memulai proyek pembentukan wilayah Israel, mereka menggunakan isu agama dengan mengatakan adanya kerajaan bagi bangsa Yahudi 3.000 tahun lalu. Ini cara gerakan zionis yang sebenarnya sekuler, membawa isu agama untuk meyakinkan bangsa Yahudi untuk bermigrasi ke Palestina. Di Palestina hanya ada 30.000 warga Yahudi saat deklarasi Balfour itu dicanangkan."
Ya, sekitar 15% itu.

Lalu mulailah gerakan teror Irgun, paramiliter Yahudi (Ariel Sharon salah satu komandannya) ke desa-desa tetangganya. Deir Yasin, Sabra Shatilla, Nakba. Perang 6 hari dst dst. Intinya teror hingga warga Palestina melarikan diri dari rumahnya (Central African Republic, any one?), atau pembantaian/genoside. Dua juta warga Palestina berdiaspora saat ini di negara2 Arab, dan sebagian di Barat. Interpal dikelola sebagian keturunan mereka. Sebagian lagi hidup di kamp pengungsian. Hingga yang tersisa di tanah Palestina, mayoritas adalah Yahudi (keturunan Eropa dan Amerika) Israel.

Logis? Yup. Karena penduduk asli sudah diusir paksa atau dibunuh.

Terkait wilayah ini, Dubes Palestina mengatakan pada Kompas, "Ada beberapa kendala, pertama adalah di mana batas negaranya? Kami mengatakan, batas negaranya mengikuti kondisi tahun 1967, sebelum Israel mengokupansi wilayah itu. Menurut batasan ini, Palestina adalah Gaza, Tepi Barat, dan Jerusalem. Itu basis fundamental dari kesepakatan damai. Namun, meski diterima seluruh dunia, Israel menolak mengakui batasan ini."

Bayangkan proses penjajahan itu dengan analogi seperti ini, warga Yahudi Eropa mengajak handai taulannya pindah ke Bumi Parahyangan. (mulai dari 1918). Tadinya satu dua orang, akhirnya menguasai beberapa kabupaten di Jabar (biar mudah kita sebut saja Kuningan dan Bogor). Jumlah mereka lebih sepersepuluh penduduk Sunda. Pada 1946 pendatang Yahudi ini mulai meneror kabupaten sebelah, misal Kabupaten Cirebon dan Cianjur. Membunuh, menjarah. Bahkan pada kasus tertentu, menghabisi seisi desanya (Deir Yasin, ratusan yang meninggal).

Dari Kuningan dan Bogor, mereka secara ril menguasai seluruh Jabar kecuali Sumedang dan Depok (Gaza dan Tepi Barat). Penduduk Sunda kemudian tinggal menumpang di Jateng, Yogya, Jatim. Sebagian lagi berdesak-desak di Sumedang dan Depok. *Provinsi2 sebelah sudah jadi negara baru setelah British Mandate di pulau Jawa pada 1948 (British Mandate adalah penjajahan Inggris dan Barat akan daerah orginal kekuasaan Kehalifahan Turki Ustmani, Sultan Abdul Hamid II).

Yahudi ini juga mendirikan negara Israel di Jabar, mengklaim lebih separuh tanah Parahyangan, hasil caplokan teror2 tersebut.

Apakah penduduk Jabar diam? Tidak. Mereka berusaha merebut kembali rumah dan ladangnya. Hei, bahkan kunci rumah mereka saja masih tersimpan dengan baik. Mereka menggunakan apa saja untuk mengusir pendatang baru dari Eropa yang ditempatkan pemerintahan Isreal di perbatasan Sumedang ataupun perbatasan Depok sekitar.

Maka berjatuhanlah korban, mostly dari pihak warga Sunda asli. Tiap hari ada saja yang terbunuh, ada saja perempuan hamil yang kehilangan bayi karena komplikasi dan tidak mendapatkan bantuan medis cukup di Sumedang. Kadang ada saja orang Inggris yang pemerintahnya punya hubungan baik dengan Israel datang ke Sumedang dan menjadi tameng hidup bagi warga sana yang ingin berkebun, tapi selalu diganggu orang Yahudi ekstrem. Salah satu namanya Tom Hurndall. Kalau Rachel Corrie asal Amerika. (Jika mereka berasal dari negara yang punya hubungan baik dengan Israel, paspor mereka punya nilai lebih. Tentara Israel cenderung ragu untuk membunuh warga negara sahabat mereka).

Demi keamanan mereka dari 'teroris', pendatang Yahudi ini kemudian membangun dinding setinggi 5 meter, selebar 3 meter mengelilingi Sumedang dan Depok. Keluar masuk dijaga ketat serdadu Israel pendatang yang kasar dan kejam itu. Dari Depok menuju Sumedang bisa saja harus melewati 12 pos pemeriksaan, masing-masingnya 4 jam...hingga perjalanan 4 jam tanpa pos berubah menjadi dua hari...

Lalu dalam satu peristiwa tiga anak keturunan pendatang Yahudi ini mati. Maka meradanglah Israel dan mereka mengirimkan pesawat, tank dan alat tempur lainnya ke Sumedang. Melabrak 'pembunuh dan calon pembunuh' itu....Hingga semalam 35 warga Sumedang terbunuh....ratusan luka.

Mana solidaritas warga Parahyangan pada Sumedang? Oh, Israel ini punya perjanjian dengan Jakarta untuk menutup jalan dari Depok ke Jakarta (Rafah Gaza dan Mesir) hingga bantuan tenaga ataupun senjata sulit masuk.

Begitu kira-kira kondisinya....
S2 saya tentang Jerusalem. Disertasi tentang The Latin Kingdom of Jerusalem (Kerajaan salib pertama di Yerusalem setelah pembebasan oleh pasukan Umar bin Khattab). Karena base saya di Skotlandia, literatur lebih banyak berasal dari Barat, daripada Timur.
Selain diskusi sejarah, juga membahas perpolitikan Timur Tengah wa bil khusus Palestina.


Berikut komen2:
Tentang sebagian Muslim yang menjadi polisi di Israel: Bayangkan warga Tanjungsari yang tinggal jauh dari pos militer, hingga 'aman' dari recokan militer. Setelah 67 tahun akan lahir generasi dari dua belah pihak yang 'hanya' melihat kejadian setelah 'penjajahan'...
Wajar jika ada yg kemudian bekerja di lembaga penjajah. Warga di Gaza juga ada yang bekerja di 'Israel' karena situasi hidup di Gaza yg serba sulit.

Ulama dunia sudah sepakat, apapun yang akan ‘membantu’ negara teroris Israel jatuhnya haram, termasuk berkunjung ke Al Aqsa saat ini karena ijin masuk ke Al Aqsa berkaitan dengan imigrasi Israel (uang masuk ke kantong zionist Israel)….Akan tetapi tetap saja ada yang kerinduannya membuncah hingga tetap ke sana.

Lalu bagaimana dengan negara sekitar? Kenapa mereka nampak ‘membiarkan’ Palestina?
Militer Mesir 'diikat' Amerika dengan bantuan tanpa reserved sebanyak ...saya lupa ya...kalau tidak salah 5 milyar dollar. Saya perlu cek angka valid. Tapi, intinya bantuan yang diberikan pada Militer Mesir dengan klausul 'mengamankan' TimTeng...(baca: perbatasannya dengan Israel)...
Israel sendiri negara kecil dengan peralatan militer paling canggih...menerima bantuan dari Amerika paling besar.

Status Kedua:
Terkait edaran status di FB yang demikian 'heran'nya dengan semangat bela Palestina orang Indonesia, padahal menurut mereka, Dubes Palestina untuk Indonesia saja mengatakan penduduk Palestina itu 50%nya Yahudi, sisanya Kristen dan Muslim yang tinggal di Tepi Barat dan Gaza...Kata pemilik status itu, Dubes ini heran dengan teriakan 'Allahu Akbar' dari orang yang tidak tahu apa-apa dan tidak pernah membantu Palestina tersebut'...Demikian lansir PedomanNews, yang kemudian diseret ke forum diskusi...Garis bawahi, forum diskusi Kompas. Bukan Kompas...Forum Diskusi ya.

Maka streslah yang selama ini merasa kuat keterikatan dengan isu Palestina. Bagaimana ini? Setengahnya Yahudi. Dubesnya sendiri menafikan 'teriakan Allahu Akbar'...Apa salah pemahaman kita selama ini?

Kita runut satu-satu.
1.Status heran itu mengutip tulisan forum diskusi Kompas. FORUM DISKUSI! Bukan berita di media nasional Kompas. Siapa saja bisa masuk ke forum diskusi. Bahasa Minangnya, ota urang lapau....obrolan warung kopi. Derajat infonya gossip murahan. Masih mau percaya isinya?

Sumber ota lapau itu, katanya ‘Pedoman News’. Sekilas lihat, media ini penuh dengan keberpihakan pada capres nomor 2. Reporternya ada 3 orang, redaktur dan korlip masing-masing satu. Bahasa singkatnya, ini media ditengarai masuk kategori abal-abal Eits, jangan sensi dulu. Kalaupun media ini nampak hanya memuat berita capres nomor satu, saya tetap akan mengatakan hal yang sama. Karena media 'sehat' mestinya memberikan porsi pada dua belah pihak. Capres satu dan capres dua. Lalu jumlah reporter yang hanya tiga mengkover semua isu? Hebat sekaleee.

2. Perhatikan kalimat ini, '“Di Palestina 50% penduduknya beragama Yahudi dan sisanya beragama Kristen dan Muslim yang berada di daerah Tepi Barat dan Yerusalem.” Ujarnya.

Di Tepi Barat dan Gaza adanya Kristen dan Muslim. Di luar Tepi Barat dan Gaza, Yahudi...hampir sebanyak dua lokasi ini. Daerah manakah itu?

Maka kita akan dipaksa bicara batas teritori Palestina. Yg mana?
Kalau berdasar peta British Mandate 1920-1948, pemukiman Yahudi tidak sampai 10% dari total wilayah Palestina. Berdasarkan partition plan PBB pada 1947, wilayah Israel dan Palestina hampir 50:50. Kalau berdasar 'tanah ril yang bisa dihuni aman' oleh warga Kristen dan Muslim Palestina saat ini? Maka tinggal 10% saja.

Dari berbagai konferensi pro kemerdekaan Palestina yang saya ikuti di Inggris, mendengar langsung dari mulut Dubes Palestina untuk Inggris, tanah yang diperjuangkan bebas dari jajahan Israel yang berdasar Resolusi 242 PBB. Bukan tanah yang 10% sekarang. Dengan demikian, kalimat Dubes yang pertama '50% warga Palestina adalah Yahudi'...ini logis karena sebagian besar tanah sah Palestina saat ini dikangkangi Israel, dijajah, dikuasai. Diamankan dengan 'outpost' militer yang akan 'menjaga kepentingan' settler' atau warga kiriman negara penjajah di daerah itu.

Lalu 'keheranan Dubes Palestina tentang teriakan Allahu Akbar', bisa saya katakan kalimat yang ditanamkan wartawan media di atas, alias kebohongan publik.

Jika tetap ingin memahami ‘logika’ 50:50, itu begini: 'pusat' pembebasan tanah jajahan ini ada di Gaza dan Tepi Barat, jika kita hanya melihat dua daerah ini saja, maka jumlah Muslim di sini adalah 80%, Kristen 1%, sisanya Yahudi. Yahudi ini saya pastikan hidup di 'pinggir' Tepi Barat dan Gaza...Yahudi kelas ekstrim, yang sengaja tiap saat provokasi dan meneror warga Palestina. Silahkan cek laporan international solidarity movement tentang teror Yahudi ekstrem ini terhadap ...bahkan...terhadap anak kecil yang jalan menuju sekolahnya!!

*
Komen2 saya bawa ke status

1. Perang apakah ini? Perang saudara ....pasti bukan. Karna ini bukan Arab berhadapan dengan Arab. Ini Arab asli berhadapan dengan pendatang Yahudi Eropa dan Amerika.
Perebutan kekuasaan? Juga bukan karena warga Palestina tidak hendak 'berkuasa'...mereka hanya hendak merdeka.

Agama?


Theodore menggunakan sentimen agama untuk mengumpulkan dana zionist internasional...juga menggerakkan Yahudi pindah ke Palestina, walau dalam diarinya, Theodore menulis, 'We will keep Rabbi in the sinagog'...Tidak akan membiarkan Rabbi ikut2an urusan calon negara ini.
Bagi Muslim di dunia, Al Aqsa adalah kiblat pertama....Yang dibunuh dan diusir mayoritas Muslim sehingga 'innamal mukminuna ikhwah' jalan di sini...

*
2. Apakah ini perebutan lahan? ~Give me abreak.
Ada orang menyerbu rumah Anda dengan senjata...malam-malam. Anda sedang tidur. Kaget. Segera menyelamatkan diri hanya dengan kain selembar dan beberapa kunci lemari....
Anda pindah ke rumah saudara, bingung dengan apa yang terjadi. Sampai 67 tahun kemudian, Anda masih belum bisa kembali ke rumah Anda....kunci lemari masih Anda pegang....
Kira-kira ini rebutan lahan (asumsi tak ada pemilik)? Atau mengambil kembali rumah, ladang Anda yang diduduki perampok?
*
3. Indonesia adalah ladang MOSSAD beroperasi terbesar setelah Amerika. Pusat operasinya di Singapura. Selain meletakkan intel-intel di safe house, mereka juga membangun berbagai 'lembaga survey, lembaga penelitian, LSM'....yg tujuannya menggali informais tentang tokoh dan arus utama di Indonesia....mengatur 'suhu' di Indonesia dengan mengeluarkan isu-isu...

Ada mereknya nggak sih safe house tersebut? LSM tersebut? Bahkan manager LSM bisa jadi tidak tahu kalau mereka sudah diperkerjakan intel MOSSAD...
Apa kepentingannya MOSSAD meletakkan operasi kedua terbesar mereka di Indonesia? Sepanjang bisa 'mengatur/mengontrol' mayoritas Muslim di dunia, mereka lebih aman

Silahkan baca buku Victor Ovtrosvky dan yang sejenisnya.
Masih ngeyel?
Coba cek nama Alexander Litvinenko...Gugel saja. Kasusnya bukti ril bahwa agen2 itu masih ada dan aktif, nggak cuma sekedar ada di film James Bond....
Plus MOSSAD jauh lebih canggih dan kejam dibanding KGB...

Keyakinan saya, salah satu operasi MOSSAD di Indonesia ialah mengaburkan penjajahan 67 tahun ini lewat media sebagai isu ‘pertahanan’ diri Israel dari ‘teroris’ Palestina...bahwa ini rebutan lahan...
Miris...banget.
Coba deh bacanya jangan cuma Tempo, Kompas
Baca sesekali guardian.co.uk

Lihat bagaimana 'utang masa lalu' Inggris membuat masyarakat di sana membuat gerakan 'sorry campaign'....meniru gerakan di Australia untuk Aborigin...
Saya hadir di konferensi yang mendebarkan itu saat pengacara internasional, akademisi, politisi (ya, Dubes Palestina untuk Inggris juga ada di sana), aktivis merumuskan step 'sorry campaign' ini.

Menurut Anda, jika ini masalah lahan...jika ini sekedar masalah agama saja, jika ini karena 'teroris' Palestina, orang-orang hebat itu datang ke sana? Membawa ide brilyant, dengan ongkos sendiri? Bagi masyarakat Barat, ada kejahatan kemanusiaan yang kejam di Palestina (Deir Yasin, Shabra Shatila dll). Mereka sudah punya bahan untuk membawa Israel ke mahkamah internasional. Lawyer internasional yang hadir saat itu sudah sampai pada kalimat, ‘We have enough evidence.’ Hanya saja, rencana berikutnya tidak disampaikan di forum, karena menyangkut keselamatan jiwa. Saya yakin di dalam forum ada agen MOSSAD. Pengacara itu, penulis kurikulum sejarah Inggris itu menolak bicara detil karena, ‘Can you guarantee our safety?’

Bagi Muslim, tentu saja ada dua lapis di sini. Pertama isu kemanusiaan. Kesedihan kita membaca seratus lebih warga Belanda meninggal dalam kejadian penembakan pesawat MAS sama getirnya saat mendengar tentara anak-anak di bumi Afrika, juga dengan pembantaian di Gaza. Karen kita manusia.

Lebih dari itu, bagi Muslim, di Palestina (Jerusalem) ada Al Aqsa, kiblat pertama Muslim, tanah suci yang diberkahi. Ada kuburan sahabat Rasulullah SAW di Palestina. Apa perasaan kita jika Ka’bah diisolasi Israel, kita dilarang masuk? Bagian bawahnya digerusi hingga sewaktu-waktu bisa runtuh?

Dubes Palestina untuk Indonesia juga mengatakan hal yang sama. "Apabila seluruh umat Muslim di dunia melawan Israel, maka Israel sudah lenyap dari muka bumi. Ada 1,5 miliar warga Muslim di seluruh dunia. Jadi justru warga Muslim tidak melihatnya dari dimensi agama. Tetapi tentu saja setiap umat muslim berhak marah saat Palestina terusik karena situs suci agama Islam terletak di sini di bawah pendudukan. Umat Muslim tak akan membiarkan Masjid Al Aqsa berada di bawah pendudukan. Ini kiblat pertama bagi umat Muslim, bahkan sebelum Mekkah. "

Jadi di Indonesia, sudah wajar jika agen Zionist yg ingin mematahkan fakta kalau ini adalah perang agama.

*
Lalu Dubes ini dari faksi Fatah...dsb.
Plis deh....Lihat dulu....pernyataan itu ---sama seperti berita tentang doa rakyat Palestina untuk Jokowi---adalah berita palsu.

Terlepas beliau dari Fatah atau Hamas....jangan simplistis. Beliau sudah dikirim resmi oleh Pemerintahan Palestina. Pasti tidak sembarangan mengirim wakil ke negara paling menentukan di kalangan Muslim dunia ini...Ingat! Rekonsiliasi Fatah Hamas sudah dilakukan,...
Ingat, pertemuan strategis Palestina, Turki, Mesir, Indonesia, Malaysia pernah dilakukan di Malaysia....dan you know what happened next...

Pembuktian gerakan 'dunia dalam selimut gelap' seperti MOSSAD tentu tidak mudah....Emang ada plakatnya kalau media ini sedang dibiayai MOSSAD?
Sekali lagi, sudah ada kasus spion yang terbuka ke dunia luas sebagai pengingat mereka masih ada dan terus bergerak....ikuti dan telaah kisah Alexander Litvinenko....saya sarankan ambil sumber guardian. (beberapa hari sebelum meninggal, Alexander masuk Islam. Dalam operasi intelijennya, dia bersentuhan dengan pejuang Chenchen)

Sumber pendapat Dubes Palestina ada di sini: http://internasional.kompas.com/.../Dubes.Palestina.Tak...
Organisasi kemanusiaan yang mewadahi Tom Hurndall dan Rachel Corrie: http://palsolidarity.org/
Website boikot produk pro zionist Israel: www.inminds.co.uk
Jaringan dunia untuk boikot, divestment, dan sanction: http://www.bdsmovement.net/
Salah satu Yahudi yang anti zionist: http://www.chomsky.info/
Website wartawati Amerika yang mengumpulkan fakta lobbi Israel di Amerika, Alison Weir: www.ifamericansknew.org
Alexander Litvinenko case:
http://www.theguardian.com/world/2012/dec/13/alexander-litvinenko-murder-british-evidence-russia

http://www.theguardian.com/world/2013/nov/27/alexander-litvinenko-inquest-secrecy-order
http://www.theguardian.com/world/the-us-embassy-cables+alexander-litvinenko

Victor Ovtrosky: By way of deception thou shall do war:
http://vho.org/aaargh/fran/livres11/OSTROVbywayofdecep.pdf

Konflik Siria dan Tarik Menarik Kepentingan

Ini wawancara saya dengan Majalah Haramain tentang Siria beberapa bulan lalu.

P: Sebagai seorang yang concern terhadap situasi dan kondisi timur tengah, melihat perkembangan kawasan itu terkini, khususnya konflik Suriah yang tak kunjung selesai, apa sesungguhnya yang tengah terjadi menurut Teh Imun?

J : Masalah Suriah ini memang rumit karena yang berkonflik tidak dua tiga pihak. Ada Bashar Assad didukung Iran, Rusia, China, dan negara sepahamnya. Di seberang Assad, begitu banyak kelompok yang tidak pula bersatu. Ada Front Pembebasan Suriah, ada Alqaeda. Agak ke sebelah sini ada kelompok Kurdistan. Tidak ketinggalan ada ISIL. Front Pembebasan Suriah saja terdiri dari banyak faksi. Lebih dari tiga puluh grup, didukung oleh grup bersenjata afiliasi masing-masing. Masing-masing punya komando dan jaringan luar negeri sendiri.

Membaca konflik Palestina-Israel jauh lebih mudah dan jelas. Membaca Yaman juga tidak sulit. Tapi Suriah, kita harus hati-hati. Selain permainan proxy war Amerika sekutu melawan Rusia sekutu, pertentangan ideology juga menambah rumit kondisi. Plus media dengan kepentingannya masing-masing yang menambah kabur kebenaran di lapangannya.

Saya terus terang mengandalkan informasi dari jaringan teman asal Damaskus yang saya percayai. Iya, dia hanya menyampaikan apa yang dia lihat, tapi minimal informasi ini langsung dari lapangan. Karena dia warga Suriah, karena keluarganya masih di Damaskus, maka saya meminjam analisa dan perasaannya.

Bashar Assad kejam dan berasal dari kelompok Syiah Alawiy minoritas. Bashar membunuh warganya menggunakan zat kimia pembunuh massal. Warga yang kaya sudah lama mengungungsi. Yang sekarang mengungsi besar kemungkinan yang secara keuangan tidak sebagus yang sudah lebih dulu mengungsi ke Mesir dan negara tetangga lainnya.

Atas nama kerakusan akan kekuasaan, Bashar Assad memilih menghancurkan negara dan membunuh warganya, asal rejimnya tetap berkuasa. Hancur hancur deh. Toh kandungan minyak masih banyak dan akan bisa membangun yang hancur sekarang. Asal daerah kaya minyak masih dikuasai.
Lalu, juga ada kelompok di seberang Bashar yang sama kejamnya. Ah, kasihan deh penduduk Suriah.

P: Dalam konflik Suriah, begitu banyak pihak yang terlibat; pemerintah Bashar al-Assad, oposisi Suriah, ISIS, Rusia, China, Amerika, Iran, Saudi dan sebagainya. Bagaimana Anda memandang pihak-pihak ini?

J: Follow the oil trail. Kuncinya itu. Ikuti jalur minyak (dan uang). Walau, tentu saja, di beberapa lokasi, ideologi juga berpengaruh, misal dukungan hampir pasti Iran pada Bashar Assad.

P: Selain sudah menelan ribuan korban, konflik ini juga membuat ribuan penduduk Suriah mengungsi ke berbagai negara mencari suaka. Bagaimana peran negara-negara muslim Arab terhadap pengungsi ini menurut Anda?

J: Arab Saudi dan Turki termasuk yang paling baik menyiapkan penampungan hanya saja kurang terekspos. Kenapa? Tahu sendiri lah ya, aliran informasi media mainstream dikuasai siapa. Jika mau mencari informasi dari jalur tidak konvensional sih bisa. Saya juga sering komunikasi langsung dengan aktivis di lapangan hingga mendapat info langsung dari mereka. Informasi ini sering tidak dimuat media mainstream.

P: Beberapa negara Eropa, termasuk juga Australia, mengulurkan tangan membuka pintu gerbangnya bagi para pengungsi tersebut. Bagamana Anda memandang uluran tangan ini?

J: Sisi kemanusiaan pasti paling banyak berperan. Bedakan deh antara administrasi pemerintahan dengan warga, aktivis, dan LSM negara itu. Kalau sudah menyangkut pengungsi, biasanya LSM, aktivis, dan warga biasa lebih banyak berperan. Mulai dari menekan pemerintah mereka hingga membuka perbatasan, sampai menyiapkan penampungan. Beberapa negara, warganya bahkan membuat program menerima pengungsi tinggal bersama mereka di rumah mereka.

Lalu, di antara negara itu, misalnya Jerman, mereka memang mengalami penurunan demografi. Minus population growth. Bahasa lainnya, populasi penduduk mereka berkurang, tidak bertambah. Lima belas tahun lagi, tenaga kerja di Jerman menurun drastis. Jumlah penduduk tanggungan sama dengan jumlah yang menanggung. Artinya, akan banyak profesi yang tidak cukup pekerja. Beberapa kota bahkan mulai memikirkan untuk ‘menutup’ kotanya. Belum lagi secara ekonomi, Jerman akan bangkrut karena beban anggaran pensiunan tidak tertutupi. Kedatangan pengungsi Suriah yang cenderung berpendidikan tinggi dengan latar belakang profesi beragam tentu saja suntikan segar bagi Jerman.

P: Banyak berita di media massa/sosial yang menyebutkan bahwa tidak sedikit dari para pengungsi (Muslim) ini yang murtad demi mendapatkan suaka. Bagaimana pandangan Anda terhadap berita ini?

J: Tidak sedikit, berapa angka persisnya?
Saya ragu dengan ‘tidak sedikit’ ini karena di Eropa ada ‘Anti-Discrimination Law’. UU itu sangat detil memberikan kebebasan beragama. Terlepas dari larangan bercadar di Perancis, kebebasan memilih agama di Eropa bagus. Lagipula banyak komunitas Muslim di Eropa. Jika ada yang murtad, saya rasa mungkin sebelumnya memang termasuk yang Islam katepe. Mungkin.

P: Bagaimana peran organisasi Islam, seperti Organisasi Konferensi Islam (OKI), Rabitah al-‘Alam al-Islami terhadap konflik Suriah dan pengungsinya?

J: Saya tidak mengikuti peran mereka.

P: Apa yang seharusnya dilakukan negara-negara OKI dalam menyelesaikan konflik Suriah khususnya, dan Timteng umumnya?

J: OKI punya taring tidak pada anggotanya secara politik? Jika tidak, sulit mengharapkan peran mereka.

P: Bagaimana posisi dan peran Indonesia terhadap konflik Timteng, khususnya terhadap para pengungsi?

J: Indonesia ini negara terbesar berpenduduk Muslim. Tentu saja perannya adalah peran yang terbesar, jika ingin mengambil peran. Peran mediasi politik, peran bantuan kemanusiaan, sampai peran penyatuan faksi-faksi bertikai dengan pendekatan keagamaan. Tapi, ada goodwill tidak dari pemerintah berkuasa?

P: Di tengah konflik Suriah, kini Israel dan Palestina juga terlibat konflik lagi. Apa yang sebenarnya terjadi menurut Anda?

J: Konflik Palestina-Israel bukan konflik lima enam tahun ini seperti Suriah. Konflik Palestina-Israel tidak akan selesai sampai tanah Palestina terbebas dari jajahan Israel.

P: Menanggapi konflik Timteng, khususnya di Suriah yang menjadi bagian kawasan Syams yang dimaksud Nabi SAW, apakah ini bagian dari tanda-tanda akhir zaman itu telah tiba?

J: Kalau dikaji hadist-hadist tentang akhir zaman, iya. Di sana nanti akan terjadi perang terakhir. Saya seram jika sudah membacanya. Tinggal menyiapkan diri sebaik-baiknya menunggu waktu itu tiba.
 
P: Sebagai seorang muslim, apa sikap terbaik kita di Indonesia terhadap konflik yang melanda saudara-saudara kita di Timteng?

J: Mendoakan itu paling sedikit yang bisa kita lakukan. Lalu menolong dengan apa yang bisa. Dengan tulisan seperti sekarang untuk menyebarkan informasi. Dengan mengirimkan uang.
Jangan pernah memalingkan muka darinya, seakan-akan tidak tahu. Tidak peduli. Innamal mukminuna ikhwah. Mukmin itu bersaudara. Jika satu bagian luka, yang lain akan sakit.

BIODATA (mungkin bisa direvisi dan ditambah yang mendukung reportase ini)
Maimon Herawati, lahir di Palangki, 19 Mei 1974. Menempuh pendidikan S1 di Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Padjajaran (FIKOM Unpad) Bandung, Teh Imun –demikian panggilan akrabnya—lalu menempuh studi S2 Islamic Jerusalem Studies di Abertay University of Literature, UK, Inggris. Beliau hingga kini mengajar di almamaternya, FIKOM Unpad, sembari menyelesaikan S3 Media and Cultural Studies di Newcastle University, UK, Inggris. Teh Imun kini tinggal di Bandung bersama suaminya, Juliandri, dan dikaruniai 4 orang putra-putri.

(Bayi korban gas kimia pembunuh massal di Ghouta, Siria: AP)




Kamis, 19 November 2015

Kami Muslim, Dipaksa Merasa Bersalah

Belum genap sehari pengeboman dan penembakan Paris terjadi, tapi berbagai media sudah menyebut satu kelompok muslim sebagai pelaku teror. Baru saja Reuters menurunkan berita Paris attacks kill 127, Islamic State threatens France, dengan menyertakan paragraf ‘Tidak ada klaim pertanggungjawaban secara langsung, tapi ISIS mengeluarkan video tanpa tanggal. Video itu berisi ancaman ISIS bahwa Perancis tidak akan hidup damai sepanjang tetap ikut serta mengebom ISIS bersama Amerika’ (Reuters.com 14/11 pukul 16.53 WIB).

Berita di atas sudah pasti akan direlay berbagai media di dunia, termasuk media di Indonesia karena Reuters adalah portal berita terkemuka, dianggap terpercaya. Ini tentu saja sangat disayangkan karena belum ada investigasi, belum ada siaran pers dari yang mengaku bertanggungjawab, Reuters sudah menanamkan zhon bahwa pelaku teror Paris adalah muslim.

Esok, saya yakin Muslim di berbagai belahan dunia akan dipaksa untuk menyampaikan pernyataan ‘not in my name’, tidak atas nama saya, sebagai perceraian ideologis dengan ‘Muslim’ pelaku teror itu. Padahal, apa iya pelaku-pelaku teror ini Muslim? Mana bukti mereka Muslim?
Saya saja, belum apa-apa, di halaman pribadi media sosial juga menyampaikan hal itu. Not in my name. Walau, sungguh, saya belum tahu siapa yang menjadi pelakunya. Atau apakah nama kelompok saya (Muslim) akan diseret pelaku teror itu atau tidak.

Secara psikologis, ada ketakutan bahwa saya akan disamakan dengan kelompok –katanya Muslim- teroris itu. Itu sebabnya saya bersegera menyampaikan, tidak atas nama saya. Mental saya sudah lebih dulu terserang dan saya harus memertahankan diri. Saya bukan bagian dari teroris.
Padahal, siapa sih kelompok peneror itu?

Jangan-jangan ini pun setting kelompok tertentu. Mereka demikian pintar berperang dan ajeg menggunakan siasat Sun Tzu, ‘Bergerak dengan halus, sampai pada keadaan tanpa bentuk. Berlakulah dengan sangat misterius, sampai pada keadaan tak ada suara. Kamu akan bisa menentukan nasib lawan’.

Saking tidak jelasnya siapa mereka dan seterusnya, dua milyar orang berhasil dibuat merasa bersalah oleh pelaku teroris yang belum mengaku berasal dari Muslim ini.

Di sisi lain, pemberitaan model Reuters ini semacam menyembur minyak ke dalam api. Muslim di berbagai dunia semakin melek dengan kemunafikan Barat. Saat satu lokasi di Barat diserang, Muslim melihat media serentak berteriak, ‘Ini teror. Kita sedang berperang melawan teror.’ Media lalu menayangkan siapa yang harus diperangi itu, Muslim.

Pada hari yang sama, Muslim melihat Palestina diserang Israel dalam gelombang intifada ketiga dengan korban sudah ratusan juga, tidak banyak media yang memuat. Begitu juga saat Rusia atau tentara sekutu Amerika mengebom Siria empat hari lalu, media relatif sunyi.

Ini tentu saja tidak membantu terciptanya dunia yang aman, damai bagi semua. Sebanyak dua milyar manusia dari tujuh milyar penduduknya akan merasa tersudutkan dan dibuat tidak nyaman dengan propaganda teror identik dengan Islam.

Belum lagi jika mereka melihat pada saat yang sama, tindakan serupa di belahan bumi Muslim diakui sebagai tindakan memertahankan diri.

Standar ganda yang berkeleleran di media Barat ini sangat mungkin menjadi pemicu sebagian kecil Muslim yang merasa harus berbuat sesuatu atas ketidakadilan ini. Mereka merasa suaranya tidak didengar. Mereka membaca kesewenang-wenangan. Saat tidak ada kanal menyuarakan kemarahan itu, mereka mengambil jalan pintas, mereka turun tangan dengan membabibuta.

Saya harap, media-media di Indonesia bisa bijak menuliskan berita tentang teror di Paris. Elemen jurnalistik Bill Kovack rasanya perlu diingat terus. Kewajiban pertama jurnalistik adalah pada kebenaran. Kebenaran yang dilihat dari berbagai sisi sehingga utuh fakta itu dilihat dari kiri, kanan, atas, bawah, ataupun dalam. Jurnalistik juga harus bisa membuat berita yang proporsional dan komprehensif. Proporsional silahkan dilihat dari skalanya, jumlah yang tewasnya.

Sampai saat ini, jumlah terbanyak tewas dalam konflik dunia saat ini tetaplah Muslim. Jumlah terusir terbanyak tetaplah Muslim. Media mestinya proporsional menampilkan ini hingga tak membuat korban merasa menjadi pelaku kejahatan.

Jika media di negeri mayoritas Muslim saja gagal melakukan ini, apalagi media di belahan bumi yang lainnya.

(Maimon Herawati, Pengajar Jurnalistik Fikom Unpad)

Siapa Menuai Untung dari Bom Paris?



Pada saat investigasi teror Paris masih berlangsung, logika yang harus didahulukan untuk mencari kira-kira pelaku adalah siapa yang diuntungkan dari peristiwa tersebut. Siapa yang paling menuai keberuntungan, biasanya dia yang berpotensi menjadi pelaku. 

Ditemukan paspor Suriah di salah satu penyerang, demikian rilis Republika yang mengutip Fox News. Kemarin, terbukti paspor itu palsu (The Independent 17/11). Penemuan paspor ini menjadi argumen pengunci penolak imigran Suriah ke Eropa. Berbagai kicauan di sosial media mengecam pengungsi Suriah yang menurut mereka masuk Eropa untuk meneror ini. Bukalah artikel tentang bom Paris, bagian komen penuh dengan penolakan akan pengungsi Suriah.

Mereka juga menyalahkan Angela Merkel, Kanselir Jerman, yang membuka perbatasan negara untuk pengungsi Suriah. Mereka menuntut Merkel mengubah kebijakan pintu terbuka perbatasannya. Mereka juga minta komitmen awal Uni Eropa untuk menyerap pengungsi Suriah dibatalkan. Polandia negara yang paling awal menolak menerima pengungsi Suriah sesuai kuota yang ditetapkan Uni Eropa (The Economist, 14/11).

Saat ini ada ratusan ribu pengungsi Suriah di Eropa yang menunggu ditempatkan di negara tuan rumah. Sebagai catatan, hampir lima juta warga Suriah mengungsi karena konflik dalam negerinya. Dua juta lebih diterima Turki. Lebanon dan Jordan masing-masing satu juta lebih. Saudi menerima setengah juta, tapi tidak dikategorikan sebagai pengungsi. Saudi menyebut warga Siria sebagai saudara yang sedang kesusahan. Sisanya memencar di berbagai negara, termasuk Uni Eropa. Dari negara Uni Eropa, Jerman penerima terbanyak, setelahnya Swedia, sedang Perancis bersedia menerima 24 ribu pengungsi (UNHCR.org). 

Jumlah pengungsi Suriah yang berlabuh di Uni Eropa memang tidak sebanyak di Turki dan negara Arab lainnya, tetapi tetap angka yang besar. Paspor Suriah yang ternyata palsu ini tetap menjadi alasan Barat menolak pengungsi Suriah. Banyak negara bagian Amerika menolak pengungsi Suriah.   
Selain paspor Suriah, ada pengakuan video tanpa tanggal yang menyampaikan ancaman ISIS pada Perancis. Perancis tidak akan pernah damai dan tenteram sepanjang terus tergabung bersama militer Amerika mengebom wilayah penguasaan ISIS. Sehari sebelum teror di Paris, New York Times menulis Amerika meningkatkan serangan militer ke wilayah penguasaan ISIS yang kaya minyak.

Andai ISIS benar pelakunya, maka Amerika dan sekutu punya alasan jitu untuk menggempur secara hebat wilayah kekuasaan ISIS di Irak, Siria. Ada pertaruhan besar di sini. Amerika dan sekutu tidak akan membiarkan setetes darah warga negara mereka tumpah di tanah mereka. Ada harga diri bangsa yang dipertaruhkan di sini. Dengan kekuatan Amerika sekarang –tanpa sekutunya- sekali serang, Amerika akan mampu menumbangkan ISIS.

Kekuatan militer Amerika tidak sebanding dengan ISIS. Militer Amerika terbaik sedunia. Amerika memiliki tentara aktif 1,3 juta orang, 13,900 pesawat tempur, 920 helikopter, 20 pesawat penumpang, dan 72 kapal selam. Anggaran militernya 9000 trilyun rupiah (610 milyar dollar) pada 2014 jauh lebih banyak daripada anggaran sembilan negara di bawahnya (Businessinsider,  29/09). Kekuatan ISIS menurut Daniel Koehler, Direktur Institut Jerman tentang Studi Radikalisasi dan De-radikalisasi (Girds) berkisar antara 40-50 ribu orang. Angka perkiraan tertinggi adalah 200 ribu, tapi, ISIS kehilangan banyak pasukannya dalam pertempuran (Independent, 28/06).

Jika Amerika ingin menumpas habis ISIS, logikanya, tidak sulit menghabisi ISIS sekali gempur. Ingat, militer Irak yang perkasa itu dihancurkan Amerika hanya dalam hitungan minggu. Kekuatan ISIS sangat lemah dibanding militer Irak. ISIS dengan mudah akan hancur jika membuat Amerika dan sekutunya sangat marah hingga memutuskan menumpas habis ISIS saja.

Benar saja. Minggu malam (15/11) Perancis menyerbu Raqqa, daerah dalam penguasaan ISIS. Raqqa dianggap sebagai ibukota daerah kekuasaan ISIS. Ini penyerangan terhebat Perancis sejauh ini. Operasi ini dalam koordinasi bersama Amerika dan Perancis (Guardian 16/11).

Perancis menggunakan sepuluh pesawat tempur. Dua puluh bom ditembakkan. Mereka menyerang lokasi rekrutmen ISIS, depot amunisi, dan kamp pelatihan serdadu ISIS. Sumber militer yang dikutip Associated Press menyebutkan penyerangan ini sangat masif dan menghancurkan dua markas ISIS.
Serangan ini diteruskan Selasa (17/11). Barat punya pembenaran untuk melumatkan ISIS karena bom Paris dan video pengakuan itu. Amerika saja ikut menyerang konvoi seratus lebih truk minyak ISIS di Suriah Selatan. Anehnya, Vladimir Putin, Presiden Rusia, berjanji mendukung kelompok tertentu di Suriah untuk melawan ISIS.

Ini tentu situasi yang perlu direnungi. Ada apa ini? Mengapa Rusia dan Amerika mendadak sepakat untuk ‘memusuhi’ ISIS.

Jika benar ISIS yang menyerang Paris, akan ada efek domino lainnya. Teror Paris ini menyudutkan muslim sedunia. Muslim merasa tertekan karena penyerangan itu. Rasa tertekan ini menyebabkan sebagian mereka menjauhi ISIS. Kampanye ‘Not in My Name’ bahkan sudah marak di sosial media. Kampanye ini menolak cara ISIS berjuang. Kampanye ini untuk menunjukkan pada sekitar kalau mereka secara idelogi bercerai dengan ISIS.

ISIS teralienasi dari komunitas Muslim dunia. Bagi ISIS ini berbahaya karena mereka menyandarkan diri dari ‘pasokan’ mujahidin dari berbagai belahan dunia yang terpanggil secara ideologis untuk mendukung ‘khalifah’.

Siapa pelaku teror ini sebenarnya?

Ada alternatif lain. Jika ISIS yang beroperasi sekarang masih merupakan perpanjangan tangan CIA dan Mossad seperti yang diisyaratkan Hillary Clinton dalam wawancaranya dengan CNN dan Fox News dan seperti yang diyakini Noam Chomsky, maka pemaknaan apa yang bisa diambil dari peristiwa ini? Mengapa Perancis dan Amerika mengebom kelompok yang puluhan tahun lalu mereka latih dan danai untuk melawan Rusia (dulu Uni Sovyet)?

Di sini mungkin analisa lain muncul. Salah satu karakter ISIS adalah sifat fluidity gerakannya. Sifat berubah dengan cepat dan tidak terkontrol. Pembentukan ISIS bisa jadi desain CIA dan Mossad. Tapi, seiring dengan membanjirnya pengagum dan pengikut ISIS dari berbagai belahan dunia yang lain, kontrol CIA dan Mossad bisa jadi tidak sekuat awalnya.

Jika saat ini ISIS tidak bisa dikendalikan, sedangkan mereka menguasai pipa minyak tempat minyak Suriah dan Irak mengalir dan menghasilkan 700 milyar rupiah per bulan, tentu saja keberadaan ISIS jadi menguatirkan. Logikanya, minyak yang sangat berharga itu lepas dari genggaman. 

Sebagian tentu akan meragukan tangan tak terlihat CIA dan Mossad ini. Sesuai dengan karakter operasi intelijen, faktanya akan tersembunyi. Jika faktanya terang benderang, operasi gagal namanya. Kembalikan lagi saja pada siapa yang menuai untung dari kekacauan ini semua. Jangan lupa, Desember tahun lalu, Perancis mengakui Palestina sebagai negara. Agak terlambat dibanding negara Eropa lainnya, memang. Pengakuan ini membuat Benyamin Netanyahu, Perdana Menteri Israel, berang.

(Maimon Herawati, Dosen Jurnalistik Fikom Unpad/S2 Kajian Palestina di Skotlandia)