Jumat, 23 Desember 2005

Percakapan Kakak dan Adik di Tengah Malam

Malam itu, sudah jam 9. Suami baru saja keluar pintu, berangkat kerja ke Royal Mail. Tiga pekan ini, beliau akan kerja Christmas Casual. Shift kerja dari jam 10 malam sampai jam 6 pagi, . Dengan demikian, sejak abi mereka kerja, anak-anak mundur tidur malam sampai jam 9. Nungguin abi berangkat


Wafa dan Arik sudah melompat ke tempat tidur masing-masing, ketika Muhammad yang tidur sore bangun. Terpaksa, umi yang sudah siap memejamkan mata ikut bangun.


"Pipis Bang?"


Muka dengan mata setengah tertutup itu mengangguk.


Kita keluar kamar, diikuti Wafa yang kembali lincah. Muhammad pipis.


"Are you hungry? Would you like to have something to eat? Mau makan Bang?'"


Muhammad belum makan malam sedikitpun.


Mata itu belum sempurna terbuka. Dia menggeleng.


Saya mengeluarkan digestive biskuit dan menyiapkan segelas air hangat. "BAng, ini biskuit,  kalau abang mau. Ini minum. Oke? Umi panek, Umi bobo dulu. OKe? NAnti kalau sudah selesai makan, Abang bobo ke kamar oke? Bawa adiknya. Ya?"


Dia mengangguk, sambil menjulurkan tangan ke biskuit itu.


"Afa mau cookies."Wafa teriak.


Heran deh, sudah semalam ini masih lincah.


"Can I trust you to take care of your sister, Bang? Because Umi want some sleep now?"


"Oke Mi." Muhammad sudah bener-bener 'jaga'.


Saya meninggalkan mereka dan membaringkan badan yang demikian penat. Nafas Arik terdengar teratur. Dia sudah lelap.


Saya mengulang-ulang dzikir.


Di luar terdengar suara percakapan dua anak mungil.


"I want to sleep, Mi." Tiba-tiba seseorang di samping saya. Muhammad.


"Loh? Adiknya mana?"


"Outside."


"Kok ditinggal? Ajak adiknya tidur, Bang."


"Oke."


Dari luar terdengar....


"Come on Wafa...Bobo."


"Si ada."...maksudnya 'masih ada'...cookiesnya.


"Ayo, habiskan kuenya."


"Oke Mamad."


Hening.


"Udah?"


"Lap Mamad." Wafa super bersih. Dia selalu minta dibersihkan tangannya. Lap...lap...lap... Apalagi sehabis makan digestive biskuit yang ada coklatnya.


Tidak ada jawaban.


"Mamad, lap."


Diam


"Lap Mamad." Kalimat dua versi ini diulang Wafa 5 kali. Mamad, lap. Lap Mamad....


"The door is closed." Akhirnya ada yang menjawab.


"Lap Mamad."


"Wafa, how am I going to get you lap? The door is closed. I can't open it." Pintu ke dapur memang sengaja saya tutup.


"Mamad, lap."


Terdengar elahan nafas. "Oke, lap sama baju Mamad aja, oke?"


"Oke."


Terdengar langkah kecil-kecil..


"Hm, ..."Hening.


"Lap sama baju Wafa aja, oke?"


"Oke..."


Ha ha ha ha ha



 

Rabu, 21 Desember 2005

Problem Christmas

Setiap Desember, saya dan suami selalu ketar-ketir. Suasana Natalan yang sangat kental disekolah. Ada play, party, ada pantomime...dsb. Di nursery Muhammad bahkan ada Christmas corner. Dua tahun lalu, saya merumahkan Arik 2 pekan sebelum natal.


Tahun ini, karena teaching assistant di kelas Arik muslimah berjilbab,saya berusaha diskusi dengan dia tentang  keberatan saya jika arik diikutkan dengan acara natalan.Ops, jawabannya, persis sama dengan tahun sebelumnya. "The rule is there is no exemption. We celebrate all religion festival. And children are asked to join in order to  teach them to be tolerant and bla bla.'


Saya mendekati guru Arik. Menyuarakan hal yang sama. Jawabannya juga sama. 'To be tolerant'.


"You see, I am not trying to teach my children to hate  Christian or whatever...We love Jesus. We believe what he taught came from the same source. But, I want my children to see it the way i want them see it. Not to puzzle them with the other way".


"Yes, But you see. The school rule is...." on and on tentang rule...


"I might opt for him to stay at home."


Gurunya kaget. "You may. But then he will be classified as absentee."


E ge pe.


"Will it be possible for me to see the kind of christmas activities and the hours they are held?"


"I will have to come back to you later with the paper."


Yang juga tidak ada....


Sebenarnya, saya berusaha mencari teman seide.


Pulang sekolah pagi itu(sebelum percakapan dengan guru Arik|),saya mendekati sister bercadar.Ada banyak juga sister dari Pakistan dan banglasdesh yang pakai cadar, hitam-hitam.Tentu dia termasuk yang tidak akan rela jika anak kita ikut perayaan natal.


Kalau parents yang lain, biasanya acuh wee.


Bayangkan, Arik dapat kartu natal dari Maryam,Khalid, Umar,Ibrahim,dsb(Selain dari Junaye, Effie,Bob). Gimana nggak melas.


 Saya dekati dia.Setelah basa-basi,saya mengemukakan keinginan saya untuk membuat grup parent opting out of christmas celebrating.


"You see, I feel that we have to voice our opinion together, because...."


"I am not speaking English. I am Bangladesh." Dua bola mata itu nampak tersenyum.


Yaaa. Akhirnya sekedar salam dan bye-bye. Nyengir aja deh. Sembari mikir juga...how can she survives...so far  without English?


Esoknya, saya mendekati orangtua Khalid. Dia dari Mesir. Pakaiannya sehari-hari jins,fleece jumper, kets,dan jilbab unyil. Dia baru saja mendaftarkan jenis makanan yang akan dia bawa untuk Chrismas party kelas Arik.


"What will Arik bring for party?"tanyanya.


"Nothing."


"He is not coming?"


"No."


"Why?"


Bilang tidak? BIlang? Tidak? Dia tersinggung gak jika saya omong?


Lama saya tatap dia. "It's haram,sister."kata saya pelan.


Dia langsung berhenti jalan. "What?"


Saya jelaskan fatwa ulama eropa blabla bla. 


"Astaghfirullah....why did not you tell me before?Ya Allah! I don't know! I wish you tell me before."


Saya meringis. Adduh deh Mun! Karena ngeliat tampilannya kan? Ternyata....


Siangnya saya bawakan buku fatwa itu. Diskusi semakin berkembang. Dia pikir, kalau orang dewasa yang ikut celebration, itu haram. Tapi kalau anak-anak, boleh.


"But ukhti, i know they are underage. Are not obliged to do wajib thing such as sholah. But, isn't it part of our 'tarbiyatul aulad'? To show them what is the true and the right thing from the beginning?"


Dia baru aware...


Kita bicara setengah Inggris,...setengah pakai term Arab...


"Buku itu  bahkan dicetak dipercetakan kota suaminya!! Zainab something.


"I will ask my friend to get me this book."


Alhamdulillah.....Allah jugalah yang membukakan hatinya.


Eniwei, Arik dan Muhammad akhirnya saya rumahkan sejak sepekan lalu. Siang tadi saya ditelpon 'family liasson officer' Mrs. Ahmad, menanyakan Arik dan Muhammad.


"Arik had a high temperature. So, thinking that he might bring with infection to school,...bla bla." 3 Hari Arik memang minum paracematol. Tapi Muhammad is okay.


"Is there any problem with Christmas?"


Ooo, here we go...


Ya udah....I poured my heart out...ttg guru yang nggak komunikatif...dst...


Akhirnya, beliau janji kita ketemu lagi next term...


"We don't want the children to be left out of school, you know. Easily we can discused it. Arik can be given something else to do...if there is a christmas event in his class.. It will be difficult for the small one.But,as we say, Arik will be okay."


Napa nggak dari kemarin2 atuuuh.


Grrr.


Mrs.Ahmad, janji ya...anak-anak aye kagak dipaksa ikut natalan.


 


 

Senin, 12 Desember 2005

'KRL Jabotabek', a la Inggris

 Menjelang liburan nasional seperti natal, tahun baru, atau libur anak sekolah, biasanya transpor umum membludak. Namun, selama di UK, baru sekali kami mengalami disarden dalam train. Duluuu sekali, tahun 2000. Itu juga karena train sebelum dan sesudah yang kami naiki di cancel karena masalah teknis. Jadilah, peminat 3 train terpaksa berjejal di dalam satu train.
Tapi, karena pushchair masih bisa masuk, at least, Arik masih bisa duduk. Sedang saya dan Pak Andri berdiri desek-desek.
Akhir pekan lalu, kami sekeluarga ke huddersfield. Pulangnya masih siang. Biasanya, dari Hudd jam segitu, train masih lapang.
Namun, ternyata, tidak. Begitu banyak orang, namun anya tersedia 3 coach. Kami lari ke depan, penuh.   pergi ke tengah, ke belakang juga penuh. Sebagian nyerah dan menunggu train berikutnya. Yang entah kapan. Karena dari Hudd ke Leeds, berdasar timetable ada yang lewat 47, lewat 14. Ini datang lewat 03. Jadi ini yang mana? Kalau menunggu yang satu lagi, tidak mungkin mengejar sambungan ke newcastle. Sedang tiket leeds -ncl adalah tiket murah, tidak bisa tidak, harus ambil train yang itu. Jika tidak terkejar, artinya harus beli tiket baru, 3 X lipat dari tiket yang sudah di tangan.

Seorang teman sudah di dalam train. Saya memberikan tas plastik makanan anak2 ke dia, mengambil Wafa dari pushchair, dan memanggul ransel. SAat suami sedang knock down puschair, saya meminta dengan isarat kepada orang berdiri yang di dalam untuk maju lagi.

"I need to get in. Move, please. Give space."

Dua ibu-ibu maju, diikuti oleh lelaki2 di belakangnya. Seorang lelaki dan perempuan di  tengah, yang sebelumnya menolak masuk tak bergeming.

Saya ketok-ketok jendela. Mereka menoleh. "Give space!" tanpa saya sadari, saya sudah melotot.

E e e, pintu train tertutup.   Saya berlari ke pintu sopir dan mengetok-ngetok jendelanya.

Dia mendekat dan membuka pintunya.

"My bag is with my friend inside! I need to catch my connection in Leeds!" Rasanya muka itu udah tegang sekali.
"You need to speak to the conductor, pet."

"Where?"

Dia menunjuk ke samping. Dari arah belakang train, lelaki berbaju putih mendekat.

"My bag is with my friend inside!" Rasanya mau menggampar bapak itu. Udah jelas kita berusaha naik, eh, malah pintu ditutup. Sopan sekali deh.

Tanpa banyak komentar dia membuka pintu dengan kunci. Pintu terbuka. Orang-orang memberi space.

"Naik saja Bi."

Saya naik, diikuti suami dan anak-anak.

Ugh! Rasanya kepala saya sudah berasap. Keki dan sebel. Beberapa bule di sekitar tertawa dan tersenyum. Saya tidak mood ngobrol. Wafa harus digendong. Muhammad di antara saya dan seorang lelaki. Suami dekat pintu. Antara pintu, dinding dan dan suami, kejepit Arik. Di sebelah saya, akhwat.
"Cuman 20 menit, biasanya Seu." Akhwat harus mengejar coach dari Leeds jam 3. Which means quite an ample time. Saat itu sudah 15 menit dalam train. Tangan saya sudah kram. Wafa diambil akhwat. Saya mengambil Muhammad yang tertidur sambil berdiri. Saya dudukkan dia di atas luggage di depan. Nggak pake minta ijin. Aduh, my manner. Tapi, bener deh, udah nggak ada tenaga untuk berbasa-basi.
Bayangkan, di sandwich begitu, memanggul tas di belakang, dengan pakaian untuk winter (jaket tebal...2 lapis baju), menggendong Wafa yang tertidur, sungguh....seperti dimasukkan ke dalam oven!
5 menit Muhammad duduk sambil tidur, saya harus mengambil Wafa kembali, karena diperkirakan, hampir sampai ke Leeds.
"Ini jalur lambat,"jelas suami yang celingukkan.
"Masa? Kan cuma ada satu jalur. Hudd-Leeds."
"Ada dua. Yang cepet dan lambat."
"Kalau yang lambat, itu berhenti tiap stasiun, kecil. Ini bahkan nggak berhenti di Dewsbury."
"Iya, ini langsung ke Leeds," tambah akhwat.
"Ini yang lambat," jelas suami saya pelan.  Very tipical of him.
Saya tidak percaya. Tapi, berlalu 5 menit, Leeds tetap tak nampak. Seketika saya lemas. "Betul ternyata, Seu, ini yang 40 menit deh."
Akhwat mulai mengitung2 jarak dari train station ke coach station. Hanya bersisa 10 menit sebelum bus dia depart.
"Semoga tidak apa, Mbak."
"Mi, Abang Arik lapar." Wajah Arik sudah sangat memelas.
"Gimana caranya mau makan, Rik,"Suami marah.
"Sebentar lagi Leeds, Rik. Sabar ya. It's not possible now to get you food. Sabar oke?"
"Tadi anak-anak makan tidak?"
"Arik makan sereal dua bowl."
Tangan saya kembali kram. Wafa kembali ke akhwat. Muhammad telah tertidur lagi sambil berdiri. Tangan suami dua-duanya memegang pushchair. Dan masih terasa sepanas oven.
Menjelang 13 menit sebelum jam berikutnya, barulah train sampai di Leeds. Lebih lama dari 40 menit. Akhwat langsung berlari keluar, mencari taksi. Saya membawa Wafa, tas mainan anak2 dan tas plastik keluar. Suami menyusul tak beberapa lama dengan anak-anak.  Beberapa lama, suami tidak bisa menggerakkan kaki, karena posisi berdiri yang awkward, membuat kaki beliau kram.
"Posisi berdiri tidak betul,"jelas beliau. Saya hanya bisa tersenyum.
Sampai di platform 12A, kami menunggu train koneksi ke newcastle. Saya mengeluarkan coklat untuk Arik dan Muhammad.
Hanya 4 menit sebelum train due datang, datang train virgin, tapi arahnya berlawanan. Saya membawa pushchair ke arah yang disable coach. Suami berteriak, bahwa train itu bukan ke newcastle. Betul saja, itu ke plymouth. Akhirnya suami cari info ke depan monitor.
Ugh, ternyata platform dipindah ke 11B. Artinya, harus naik lift, nyeberang, turun lift!!

Berlarianlah ke platform baru. Dengan tiga anak, satu lapar, satu ngantuk, dan satu di pushchair, tertidur.

Ada pegawai train station di dalam lif yang sama.

"How could they change the platform just 4 minutes before the boarding!" saya memuntahkan amarah yang sudah mendidih.

"I have no idea, pet. But they will wait for you. They will."

As if!!

Sedang ketika kita di depan pintu train saja, mereka nutup pintu kok!

Dengan berlari sambil menggeret anak, akhirnya berhasil juga masuk train. Tak sepenuh train sebelumnya, namun masih banyak yang berdiri di depan toilet. Alhamdulillah di train ini, kami punya reserved seat, jadi ada jaminan punya tempat duduk.

Ugh!

You will think that a modern country like Britain will never offered you a shamble transport service like this. But, it did!

Slowly, it downed to me....aye masih aja gagah ya?


Nyengir sendiri....

Minggu, 04 Desember 2005

Too Early Winter...Dzikrul Maut

North East England, which is Newcastle sekitar, termasuk Durham, Alnwick, dll memiliki cuaca yang ....kata orang bule,...the coldest. Sebenarnya nggak juga sih. Winter tahun lalu, saat daerah tengah drop sampai -10C, Newcastle masih bertahan dengan -4C. Untuk ukuran winter, ini mild :-D


Kata the coldest, menurut pendapat saya, karena saat summer, newcastle relatively sejuk. Ini karena terletak di tepi samudera hingga tiupan angin laut mendinginkan udara yg udah merangkak 28C itu. Ini sih, jarang juga kejadian. Paling banter mah 24C.


Nah, masalahnya, tahun ini predicted to be the harshest...coldest winter ever in a decade. Wiiii.


Betul juga, sodara-sodara. 8 November lalu, saat Subuh, tiba-tiba salju turun. Kita asli terlongo. Karena  salju biasanya turun akhir Desember. It was just too early! Walaupun begitu menyentuh bumi, salju melted. Tinggal sisa-sisa salju di atas daun yg bisa diliat pas nganter anak sekolah.


3 pekan kemudian, tiba-tiba saja terjadi havoc, chaos di berbagai kota, karena mendadak salju turun...jalanan belum digrid...ratusan cars were abandonded, roads were deserted...dan banyak nenek/kakek yang jatuh sakit...bahkan sampai meninggal karena cold-related illness.


Tentang pensioners...ini masalah klasik, yang selalu membuat saya ternganga. Bagaimana mungkin, negara semaju Inggris membiarkan ratusan kakek/nenek per pekan meninggal karena tidak ada heater? Karena uang pensiun mereka hanya 75 pound/week, mereka terpaksa tidak memakai gas....karena kadang beli gas sistem top-up  means, at one point, you just can't buy it nomore....Kejadian yang sering terjadi ialah, nenek/kakek keluar selimut...mendapati rumah kaku seperti es....mau menghidupkan heater, terjatuh karena kedinginan....dan meninggal karena hipotermi....Atau....tidak bisa menghidupkan heater...karena memang tidak ada  lagi kredit gas!!!


Akhir November, Blair terpaksa mengeluarkan kebijakan mendadak...jika udara turun drastis selama lebih dari sepekan, maka gaji pensiunan otomatis dinaikkan. Mirip subsidi BBM gak sih?


Eniwei, akhir November lalu saya ke Glasgow...Udara masih sekitar -4C.  saat mendudukan ekor di kursi kereta api GNER, tiba-tiba saja kedua hidung saya tersumbat. Habis! Tidak ada udara yang bisa keluar dan masuk. Terlalu dingin, kali. Saya pikir, 5 menit lagi, they would be cleared.


TIDAK.


Terhitung sejak jam 7 pagi....sampai jam 7 malam....kedua hidung saya 98 persen tersumbat!! Bayangkanlah mengisi pengajian dengan kedua hidung tersumbat! Kaliamat 'mengingat Allah dalam hening malam....mengakui dosa-dosa pada Pencipta'....adalah kalimat yang tidak bisa saya ucapkan!!


Bahkan menelan ludah saja jadi menyakitkan. Karena saat menelan ludah natural, ada angin yang keluar lewat hidung....dan ketika itu tidak bisa.... Allah....


Mengatur timing antara bicara...menarik nafas....dan menelan ludah!! Jika tidak pas....saya bisa tersedak....dan KEMATIAN!! Karena 3 menit jalur nafas tersumbat.....seseorang bisa meninggal. Belum lagi saat buka puasa....minum air...


Sungguh, air mata saya mengalir....Dekat kematian itu....begitu banyak nikmat Allah...


Fabiayyi 'ala i robbikuma tukadz dziban...