Selasa, 27 Juni 2006

just share a ...

Sedang banyak ide nulis...


Sambungan Rahasia Dua Hati...


....................


Banyak bengong.....nyari ide....ngumpulin ide...


sampe bela-belain nulis dalam metro...di atas kertas bekas coretan anak-anak...


doain dooong...


biar kelar dalam bulan ini :-))


 

Minggu, 25 Juni 2006

What had left behind

Dia selfless. semua untuk orang lain.


Tidak pernah (jaraaang) beli baju. Asal yang sekitar punya baju baru...tak hanya anak. Ponakan, orang yang tinggal di rumah...sampai orang gila yang sering bertandang.


Begitupun dengan makanan. Anjing suaminya tiap hari makan telur kampung. (Suaminya juga). Dia makan cabe digiling. Lauk diberikan pada anak-anaknya. Katanya, enak makan nasi hangat dan samba lado.


Dia penuh kasih sayang.


Dari yang tua sampai yang muda tertarik ke arahnya. Seperti magnet. Rumah selalu ada saja pengunjungnya. Mulai yang sekedar mau berbagi cerita, ada yang meninggalkan anaknya, ada yang datang ikut berteduh pula.


Kasih sayang yang blunt, bukan penuh cium peluk. Namun perhatian.


Dia pemberani. Menjalani hidup...quite frankly, tanpa cinta yang seharusnya miliknya. Namun, berani meniti hari-hari. Keluh ada, namun tak mengurangi baktinya.


Dia sumber tertawa. Kala bersama saudara-saudaranya, dia soul of the genk. Ada saja yang lucu dan menghasilkan tawa. Bahkan...pun jelang kematiannya.


Mohon doa, semoga dilapangkan kuburnya...


Dan apa yang ditinggalkannya bisa abadi...


*At the time of remembering you*

what a wasted life

I opened your door.


Spiders built their nests on your drawers...


Ants left trails on your clothing rails.


Dust covered everything else.


'what a wasted life'


What was your sweat and tears for?


Woke up in the middle of the night,


Fought the battle everyone (try) ignore


Won and others rejoice


Lost and they turned away 


No love, no grateful, nothing at all..


What a wasted life


Taken for granted all along


Lonely...(hope...never fear)


Laugh but always sad


Loving but never be loved


May then now, you rest in peace, near The Most Loving 


 


*and I always love and remember*

Sabtu, 24 Juni 2006

Menjejak tanah kelahiran

Tulisan ini ditujukan untuk memohon pengertian sahabat-sahabat yang ketika pulang ke Indonesia lalu tak sempat dihubungi.


Berangkat dari Newcastle, Ahad jam 6 sore. Sudah berbekal segala nomor telepon dan alamat. Sampai di Paris sejam kemudian. Menunggu boarding 5 jam lamanya. Menjelang tengah malam, borading Air France dan sampai di Singapore, jam 6 sore, hari Senin.


Febi dan Nida menjemput di bandara. Bersama Febi ke rumah beliau. Main dengan Nida, sampai Nida tidur. Namun, sampai dini hari, mata tak bsia pejam. Bukan hanya udara yang terasa demikian gerah, namun juga pikiran yang campur aduk. Rindu dengan suami dan anak. Cemas dengan kemungkinan terburuk yang bisa terjadi di kampung. Akhirnya, menghabiskan waktu antara ngaji, baca buku, dan ketika sudah suntuk banget, baring-baring saja.


Subuh Selasa, jam 5 keluar apartemen Febi, diantar sampai ke setopan bus. Nunggu taksi. 


Naik tigerairways jam 7 pagi kurang, dan sampai di  Padang satu jam kemudian. Dalam pesawat bisa mejam sekejab.


Ternyata, disambut keluarga besar. Pulang ke rumah di Padang, makan pagi dan lepas rindu. Cuci baju dan mengeluarkan oleh-oleh. Lepas Zhuhur keluarga besar mendahului ke Palangki. Sedang keluarga kecil akan menyusul sore.


Abis Zhuhur cari money changer. Tabungan tidak bisa diambil. Keliling Padang berdua Uda. Asyik banget, naik motor. Walau sering kaget dan bete dengar klakson mobil dan motor.


Sudah lupa. Kalau di Indonesia, klskson bisa tanda bersahabat, bisa juga menyuruh minggir (berkali-kali). Di UK hampir tidak pernah dengar klakson. Jadinya berasa bisiiing banget. Asli bete.


Hampir jam 4, bertemu money changer tak resmi yang nilai tukarnya rendah banget. Akhirnya menukar beberapa saja sambil sebagian minjam dari Uda. Lalu pulang, mandi, dan siap-siap ke Palangki lewat Bukittinggi.


Jam 5 lewat berangkat. Melalui Lembah Anai, Padang Panjang dan sampai di rumah ipar. Makan malam dan bertukar cerita. Menjelang jam 9 malam, berangkat ke Palangki. Sempat tertahan di jalan, karena ada truk mogok di jalan yang sempit.


Wui, melewati Danau Singkarak. Hm...sayangnya malam gulita. Jadinya cuma bisa membayangkan saja.


Sampai di Palangki jam 12 lewat.


Sempat shock. Duka itu masih darah.


Uda dan Arman tidur. Berbicara dengan Papa sampai jam 4 pagi. Banyak cerita. Juga mau mencari celah konsolidasi. Papa tidur, menunggu Subuh sambil membaringkan badan.


Tidur dua jam dari jam 6 sampai jam 8. Dibangunkan Etek yang mencari tau keadaan rumah, sambil pergi kerja. Kaget juga. Baru tidur sebentar.


Rabu:


Selepas itu, bergantian orang berdatangan. Tetangga. saudara. Tak pernah kosong tu rumah.


Beberapa kali Arman bilang ada SMS masuk untuk saya. Namun, mau balas gimana caranya. Sudahlah HP Arman tidak ada hurufnya (saking tu telepon tua dan sering dipake) juga sinyal antara ada dan tiada. Ada di sudut meja, di ruang tamu. Kadang ada, kadang tidak. Maklum kampung.


Nyambi bersih-bersih rumah.


Habis zhuhur mengunjungi kuburan Mak.


It's a final good bye. May Allah loves you forever.


Lalu jalan ke rumah Bibi (dahulunya rumah kakek-Nenek) tempat saya lahir. Bincang dengan dua sepupu tentang rancangan masa depan mereka. Lalu, jalan kembali ke rumah, melewati rumah-rumah yang bisa dibilang semua saudara.


At one point, saya sangat desperate. I wish, saya sudah membuat plakat/poster saja.


Isinya begini:


*Alhamdulillah, kabar baik. Suami dan anak sehat


* Pulang sampai di Padang Selasa pagi


*Anak sudah tiga, yang kecil perempuan.


*Mereka dengan suami di Inggris


*Tidak apa. Sudah ditinggalkan lauk pauk. Lagipula yang kecil tidak menyusu lagi


*Iya, sudah tiga tahun usianya.


Mulut ini sampai capeeee menjawab dan tersenyum. Pertanyaan juga standar begitu (kek kek kek)


Berkali-kali singgah di berbagai rumah. Ada yang hanya 5 menit, ada harus 1/2 jam. Semua punya alasan untuk disinggahi. Mulai dari yang konsultasi masa depan, keluh kesah perasaan, sampai sekedar, jika tak disinggahi = cari perkara, he he he


(Perasaaan sudah merangkap konsultan, dukun, dokter, dan diplomat, dah)


Perjalanan yang tanpa hambatan itu bisa 15 menit, baru terakhiri setelah 2,5 jam. Fuih.


Sampai di rumah dah Maghrib.


Came the 'h' hour. Diskusi berempat saja. Papa, Uda, Arman dan saya.


What word can express it?


sampai jam 11 malam. Perut keroncongan. Sebagai tanda berdamai, cari makan keluar. Namun, ternyata sebagian besar warung sudah tutup. dari rencana awal mau makan 2 kilo dari rumah, akhirnya malah bermotor ke kota Sijunjung, 20 kilo jaraknya. Dua motor. uda dan Arman, saya dan Papa.


Syereeem, pas lewat gambok. Jalan pintas ke Muaro Sijunjung yang masih rimba. haiyaaa....ada yang rasanya ikut di belakang...Huaaa


Sampai di rumah jam 1 lewat. Arman dan Papa tidak nginap di rumah. Tinggal berdua dengan Uda. Bisalah tidur 3 jam. Lalu Subuh dan makan pagi.


Kamis:


Diajak uda mengunjungi salah satu Kakek, tetua di keluarga Umak di Solok. Pergi naik motor saja. Asyiik, motor lagi. Walau di jalan diguyur hujan...walau maja hampir merem, ngantuk, namun kunjungan tiu penuh makna.


Wajah tua yang berbinar-binar bahagia. Saling cerita.


sampai di rumah sudah Ashar. Kelaurga Mak  berencana  menginap bersama, di malam terakhir itu. Sebelumnya membereskan masalah seseorang dulu. Ibu dia tumor jinak, sudah sangat besar. Namun sempat bermasalah dengan rumah sakit. Pergi mengunjungi puskemsma mencari tau bagaimana bisa mempercepat proses pengobatan ibu ini.


Sebagian baju disisihkan untuk orang-orang tertentu. Sisanya dibagi saudara-saudara Mak.


Rumah penuh. di depan Ocu, Mak  Tuo dan Mamak. Di ruang tengah para sepupu remaja. Di ruang makan, sepupu cilik. Di kamar bibi yang muda dan sepupu yang dewasa. Saya? Membagi diri saja. Ketika semua tidur jam 2 pagi itu, saya membereskan barang Umak untuk terakhir kali. Baru bisa pejam mata jam 4 pagi, sampai jam 5.


 


Jumat:


Habis Subuh, Papa menjemput. Ke Padang dengan Arman. Sempat mogok di jalan. Mobil Papa sudah tua dan karatan, memang. Sampai di Padang langsung ke BTN, urus tukar nama dan setrusnya. Dipotong sholat Jumat. Diterusin sampai jam 4 sore. Cari tiket ke Jakarta. Papa pulang sore itu juga.


Malam di Padang beberes kamar yang di Padang. Mencari beberapa barang. Sampai jam 2 pagi. Jam 4 pagi sudah keluar rumah dengan Arman dan sepupu. Pesawat berangkat jam 6. Menunggu bus menuju Airport di Simpang Gia.


Total tidur sampai dari Ahad-Jumat: 8 jam, give or take...


dilanjutin ntar...nonton bola dulu

Senin, 19 Juni 2006

you think....you are safe....but

Salah satu fasilitas di penampungan wanita malang ialah creche, pengasuhan anak gratis, tiap hari. Sejak 2 siang sampai 5 sore, para ibu bisa meninggalkan anak mereka di tangan dua pengasuh. Dua-duanya wanita Arab, salah satu berjilbab.


Saya sempat didekati untuk menjadi pengasuh anak sanga pengasuh.


"My husband may get a job, you know. We need some one to look after my children. I am working here."


Well, ....is the money very good? I mean, if I work, but have to put my children with someone else, I'd rather stay at home and care for my own. Imagine, you take care of other people's children, and you put your children in someone else's care. That's just not on!


"I don't trust white woman to take care of my children. I would like you to take care of my children."


"You see, I am not qualified as a child minder."


Buru-buru dia menambahkan. "I don't mind that. But I know you are good muslimah. I feel safe."


As a sister, I will help her. Not for the money, more for ukhuwwah. Because, if I have time, and she has to work for money (just like me) it will be right to help each other. Like her, saya juga nggak tega meninggalkan anak diasuh bule. Never. Sama sesama muslimah, juga saya lihat-lihat dulu, jika terpaksa harus menitipkan anak. Sejauh ini sih paling sama Amal, tetangga di flat atas, dan Mbak Nur, mahasiswi Ph.D yang juga asal Indonesia.


Nomor telepon diminta. Katanya, ada another muslim woman yang perlu pengasuh. Dari cleaner, ke pengasuh. Well. Let's see ..


Anyway, tiga kali pertemuan....


"Tina!!! Sit! Sit!!"


Saya mengurut dada.


Tina gadis kecil mungil, masih dibawah dua tahun. Mata bening dan kaki kecil yang kadang masih tertatih-tatih melangkah.


Satu pengasuh membaca katalog. Sejak masuk, katalog itu menyita perhatiannya. Satu pengasuh membuat kopi. Tina mondar-mandir.


"I said, sit, Tina!"


Tangan Tina hampir dijinjing, digeret ke ruang tivi. Tina berteriak-teriak.


"You are Arabic girl! You are not a boy!"


(Tina keturunan Iran, orang Parsi tidak mau disebut Arab. Well, mummy Tina tidak sedang dengar. Tina Mummy sedang tidur, sakit kepala.)


"You don't running around like a naughty girl!! Sit Tina. Sit!!"


Tina teriak melengking-lengking.


Pengasuh menggerutu panjang pendek dalam bahasa Arab.


"Sit! Watch football, Tina. Watch!"


Dada saya sesak. Allah. Pertama, Tina dimarahi karena dia sebagai anak gadis tidak boleh lari-lari seperti naughty girl. Yang lari-lari itu naughyt girl. Kedua, agaknya kalau boy boleh lari-lari. Ketiga Tina harus duduk,  nonton. Sepak bola! Gadis usia 23 bulan? 


Tina meleng, dan berhasil lari dari ruang tivi.


Salah satu pengasuh mengejar dan menangkapnya. Tina sekarang digendong. Seorang pengasuh asyik belanja online dengan care worker, cuek dengan keadaan sekitar.


Pengasuh Tina sekarang menerima telepon dari mobilenya. Tina didudukkan. Seperti biasa, Tina mondar-mandir.


Dia berdiri di depan saya. Mata bening yang jeli itu menatap saya. Mulutnya mencerocos, tak jelas apa maknanya.


"Hallo Tina." Saya menyapanya.


Nadanya bercerita sesuatu.


"Wow, really? That's really good."


Wajahnya berseri-seri.


"Leave the lady alone, Tina." Pengasuh yang lain menjemput Tina.


"Bye, Tina."


Dia menoleh dan tersenyum.


Dari ruang tivi terdengar tawa meledak berkali-kali.


"Look the way she walks....It's like she...."


Komentar yang cukup dewasa. Yang jelas, saya yakin, anak seusia 23 bulan belum memikirkan cara menarik perhatian lawan jenis.Ugh.


Berkali-kali tiga orang dewasa menertawakan Tina.


Thinking me as Tina, it will be very confusing, dishearthening, when you do things, and people laugh at you, a bit in not really nice way. And you just don't get it. What's so funny or odd about me?


One word only, bullying.


Tiga dewasa, bully seorang toddler? how cruel can you be?


Hari yang lain.


"You are very naughty Tina. Very naughty."


Jangan katakan you are naughty, tapi katakan, jika teriak-teriak seperti itu not nice. Some people want quiet time.


Satu anak lelaki jauuuh lebih aktif daripada Tina. Sapu tidak bisa ditaruh di lantai, karena dia akan memakainya, menyapu sampah ke tengah rumah. Pel tidak bisa ditaruh di bawah, karena dia akan mengepel juga, membasahi lantai yang sudah bersih. You just can't leave anything at all.


But, he can get away with it. You know why? Because he is a boy!


Satu kali, Husnan (nama bocah lelaki) entah bagaimana (kata satu anak kecil, Husnan memukul Tina) membuat mulut Tina berdarah hebat. Blood everywhere. Awalnya Tina loncat-loncat di atas trampoline. Husnan naik. Lalu saya meleng, tidak lihat. Tiba-tiba Tina menjerit keras.


Ada dua pengasuh di situ, padahal. Cuman dua-duanya membelakangi dua bocah, asyik melihat katalog belanja.


Yang satu buru-buru menggendong Tina. Quite terrified. Minta laporan kecelakaan diisi, meurut versi dia.


"I see it with my own eyes. I was there, you know. She bit her tongue." Satu cara worker mengisi buku laporan kecelakaan.


Darah terus mengalir. Ibu Tina panik, buru-buru mengambil anaknya.


"It only an accident. She hurt herself. You know, children."


Saya terpana.


"Ridhwan, what did you see?" saya bertanya dengan pelan pada anak yang tadi melapor, namun tidak ada yang (mau) mendengar.


"Husnan push Tina."


Ibu Tina mendekat. "What?"


Ridhwan mengulang.


"No," pengasuh mencoba tertawa. "It's not what happen. I saw it. I was there. She just bit her tongue." 


you think you are safe....you think you give the best to your children....But it's not the case...


You just never know....even a sister...


Dada saya perih...


 


 


 


 


 

Sabtu, 17 Juni 2006

pulang di jakarta




ketika pulang ke indonesia, sempat semalam ke tempat anak ketiga, Alisha di Jkt.
sayangnya nggak ada foto dengan Alisha. Harapannya waktu berfoto dengan Almer, bisa puas berfoto dengan Alisha di bandara. Eh, udah telat, harus buru-buru lari...cuman bisa cium saja...dan melambai. Hu hu
Almer anak Widi, saudara kembar :-D

Can I kill them? one by one? All?

Na'udzubillah....selama saya masih waras...


satu-satunya kemungkinan, dia tidak dalam keadaan waras.


Semoga Allah menolongnya dan keluarganya.


How shaken it will be...


Yes, there is time when you wish that they all are sleeping rather running all ariund, driving you mad.


There is time when you question, am I mad? To want a bunch of wild child like these?


But, to end their life....


Kasihannya dia....Alangkah berat beban batinnya hingga membuat dia menghabisi saja belahan jiwanya.


Kehilangan just one them, kalau tidak dimaknai, enough to make me go crazy...but to find it at the end that I am the one who ended it?


Allah,


Limpahilah mereka kasih dan sayangMu....


Ampuni kami dan mereka...


Jadikan kami hamba yang tidak mendzolimi diri. Amiin


 

Jumat, 16 Juni 2006

pestaa....di England

At LAST!


Crouch pas juga nyundul bolanya...nggak ketinggian!


Viva England! Let's kill Sweden...(Wonder how Sven might feel...kek kek)


England pesta...


(Joke:


~ If you want to get away from aworlcup mania, you can go holidaying. Guarante, nobody talk about football. Noone talk about worldcup.


*Where?


~ Scotland)


 

Selasa, 06 Juni 2006

dua foto orang-orang dekat




foto pertama diambil pas nikahan seorang sahabat. Ada Mbak Tiwik, Mbak Yayuk, eli, Yoan dan siapa lagi ayooo?
Foto kedua pas Opspek Fikom angkatan 96.
Ada Icoen, Agus, Wisnu, Eli dll.

Minggu, 04 Juni 2006

Calon Inem (yang nggak seksi)

Sudah sebulan saya kerja nguli, bersih-bersih di woman refugee centre, semacam tempat para wanita malang menyelamatkan diri.


Ada banyak pelajaran. Yang 'mengharukan, sudah tiga saya didekati, dimintai home service .


"Do you clean at home?...you know, people's home?...how much your charged? ....will you come to my house?...my husband is angry with me...my house is not clean...." bacanya dengan bahasa Inggris logat India, pakistan.


Ada beribu perasan mengaduk-aduk....


1. Pintu rejeki Allah


2. Mereka suka kerja saya


3. Am I going to lurch lower...? (Sok iye ini mah....nggak ada pekerjaan hina...asal halal...ini sih rasa sombong)


4. Lha, jika saya kerja, yang nolong beberes di rumah adalah suami tercinta


5. The next Mbok Inem? Minus sexiness?


6. Umak, anakmu pembantuuu....


7. Nak, Umi go to work, okay...clean in someone's house 


8. Bagus...untuk bahan novel


9. Capek


10. Pound pound...naik haji


11. Kapan pulang ke Indonesia ya?


12. Terusin ndiri....