Rabu, 07 Maret 2007

Mohon doa

Namanya Syahrul, dikenal sebagai Mak Ancak (Rancak). Ini karena adik bungsu saya membandingkan pakaian dua paman. Satu perlente dan rapi, makanya dipanggil Mak Ancak. Satu lagi baju usang, tetap dipanggil Mak Iwang.


Dua-duanya lelaki pengasih tiu sudah pergi.


Mak Iwang meninggal 3 tahun yang lalu. Jum'at itu, beliau terburu-buru untuk azan sholat Jum'at di mesjid. Rumah beliau hanya 15 langkah dari mesjid. Ketika beliau menyebeerang dengan motornya, sebuah truk menabrak Mamak. Kepala Mamak pecah.


Mak Iwang pendiam, namun cerdas dan bijak. Hatinya luas dengan kasih sayang. Cintanya ditunjukkan dalam diam. Saya merasakan cinta diam itu berkali-kali. Sungguh saya berharap, akan kembali berjumpa beliau.


Mak Syahrul meninggal tadi malam. Komplikasi penyakit yang terlalu banyak. Jantung koroner, TB, diabetes.


Mak Syahrul atau Mak Ancak, lelaki yang few step ahead of his generation. Lelaki yang berpikir ke masa depan.


Saat orang belum melirik perikanan ikan tawar, Mamak sudah memulai tahun 1981 di desa kecil Palangki. Ketika lelaki di kampung puas dengan sepetak sawah mereka, Mamak merambah hutan dan menanam karet. Sekarang, tinggal memetik hasilnya, bola getah karet.


Kreatif. Namun, bagi saya, ada sisi lain. Kasih sayang dan kebanggaan beliau pada saya. Rasanya, beliau satu-satunya yang membawa-bawa saya ke mana-mana, warung, teras tetangga, sekedar untuk mengulang 'wawancara' tentang :' juara berapa kau, Mun? berapa angka 9? berapa 8? berapa 6?' Supaya orang lain juga mendengar.


Mata itu akan berbinar-binar mendengar jawaban berkali-kali itu. Beliau akan dengan sangat generous menghitung angka 9/8 dan mengalikan dengan sejumlah rupiah.


Perih.


He was like a father. Close at heart.


Lelaki tangguh yang cerdas dan kreatif.


Semoga Allah melindungi dua lelaki besar itu: Mak Ancak dan Mak Iwang.


I love them all to bits.


 


 


 

Selasa, 06 Maret 2007

HELP!! (II) obat alternatif asma, please

Mohon maaf, temans, karena sudah sepekan jarang buka MP.


Sudah masuk kerja, balik ke rutinitas harian.


Mual hampir ilang. I would say, almost non-existent. Dengan demikian, vomitting juga udah jaraaang. Alhamdulillah.


Hanya saja, udah dua pekan ini saya develop a persistent cough. Dimulai dari severe headache. Awalnya hanya dry cough, trus membaik. Lalu severe headache lagi, trus coughing with plegm. Plegm = dahak ya.


Ke sini-sini, batuknya menjadi-jadi. Bisa nggak tidur semalamam karena keep on coughing. Kasihan yang 'tetangga' aye. Tidur diiringi batuk-batuk.


Barusan diskusi sama Health visitor, Sarah. Dia mendiagnosa dari jauh, kalau batuk ini sudah masuk tahap asmatic cough. Katanya, ada yang hamil, asmanya membaik. Ada yang kehamilan memperburuk asma.


Saya sebenarnya sudah dikasih vintolin inhaler. Sudah coba juga pakai vintolin. Tapi, kadang mempan, kadang enggak.


Sarah akan membuatkan appointment dengan GP esok. Biasanya, kita harus lewat nurse dulu, baru dioper ke GP, tapi Sarah akan by-pass, katanya. Dia bilang, saya sudah memerlukan steroid dalam bentuk tablet.


Duh, agak ragu.


Ada yang tahu tidak, alternatif pengobatan batuk karena asma?


Makasih sebelumnya,


Salam,