Jumat, 13 April 2007

Tiga Tahun Lalu...

Tiga tahun lalu, jelang Maghrib hari (Pagi di Indonesia), Iyok datang ke rumah, dengan Alisha dan Om Imam.


Hati sudah berdetak melihat raut Iyok yang menahan perasaan.


'Mi, jangan sedih ya. Ada telepon dari Jakarta. Umak sudah pergi.....'


Serasa diremuk....Hancur ....Hilang pijakan.


Pukul 12 itu, Umak mulai sesak nafas. Tati membangunkan Papa ke sebelah. Sepuluh menit kemudian Umak pergi.


Yang mengiris-iris hati, Uda yang membawa Umak ke dokter spesialis ginjal sudah mendapat warning. 'Ibu tidak akan bertahan lebih dari sepekan. Jika ada keluarga yang perlu datang, minta pulang saja.'


Uda tidak menyampaikan kalimat dokter itu kepada saya ataupun yang lain. Entah apa alasannya. Melulu sekedar bertanya, bisa pulang apa tidak? Andai tahu fakta ini, berapapun harga, apapun resiko (termasuk tidak diperkenankan masuk UK karena Wafa belum ada visa), saya akan jalani.


Tapi, itulah takdir Allah.


Sepekan menjelang kepergian Umak, Umak sedikit mendapat kelegaan dari rasa sakit beliau karena diberi resep penahan rasa sakit. Namun sebelumnya, kala harus ke belakang, Umak cerita, sakitnya tiga kali lebih dahsyat dari melahirkan kami dulu.


Yang saya tidak tahu, setiap rasa sakit itu mendera, Umak merintih, 'Mun, Wafa, pulanglah Nak.'


Tidak ada juga yang memberitahukan ini. Setiap saya mengeraskan tekad menghadapi kemungkinan terburuk (pulang tanpa visa dsb),  keluarga selalu melarang.


Sebulan lamanya saya antara ada dan tiada. Melalui monument, ingat Umak. Liat kursi di taman, ingat Umak. Liat kain yang selalu dipakai Umak, tak tahan. Tak terhitung air mengalir begitu saja.


Makin memerihkan ketika tak ada satupun yang ingat untuk memotokan Umak ketika akan diantar ke peristirahat terakhir. Tak ada!


Perih sekali.


Walau mencoba menghibur diri, mungkin Allah tak menginginkan luka itu makin ngilu. Karena pengaruh kemoterapi merusak kulit dan merontokkan rambut Umak, sehingga seorang teman yang pernah bertemu Mak bertanya berapa usia Mak. Dia kaget. dia mengira 10 tahun lebih tua. Padahal Umak termasuk yang awet muda sebelum sakitnya.


Setiap memimpikan Umak, selalu dalam mimpi Umak hadir dalam kehidupan. Tak pernah memimpikan beliau telah pergi. Saya kira, setelah menjejakkan kaki di tepi kuburannya, mimpi itu akan berubah. Tidak.


Umak masih hidup. Dalam ingatan dan diri.


Kalimat Umak dahulu, tiba-tiba terucap, begitu saja.


Istirahatlah Umak, dengan tenang. Kami akan lanjutkan.


'Ya Allah bisa bertemu dengan Umak di paradise. Amiin', doa bujang dan gadis.


Amiin ya Waduud.


 

25 komentar:

Tian OT mengatakan...

tetaplah mendoakan umaknya. (anak sholihah yang mendoakan orangtuanya). semoga almarhumah dilapangkan jalannya, diampuni segala dosanya. amin. :)

mona ^_^ mengatakan...

'Ya Allah bisa bertemu dengan Umak di paradise. Amiin',
***
amin..
haru dan sedih bacanya uni...
semoga Allah lapangkan kuburnya dan diampuni segala dosa..

afifah azzahra abdurrahman mengatakan...

Semoga Allah lapangkan dan terangkan kuburnya amiin,jadi terharu uni,,jadi ingat kejadian waktu Bapak sy juga yang tidak sempat saya lihat di masa-masa terakhirnya karena kami di Johor,sampe sekarang juga masih perih...hiks padahal sudah jalan 8 tahun,semoga Allah mengampuni dosa-dosa beliau dan amal ibadahnya di terima dan kita berjumpa di Jannah-Nya amiin

rahmah ... mengatakan...

semoga Allah kelak mengumpulkan kita semua dalam jannah-Nya
amiiiiinn...

maimon herawati mengatakan...

Mak Tian: Amiin ya Allah. Insya Allah, Mak Tian.

Mona: Amiin ya Allah.


maimon herawati mengatakan...

Sama-sama. Amiin.
Terima kasih doanya.

maimon herawati mengatakan...

Amin ya Rabb.

Sri Sarining Diyah mengatakan...

semoga yang terbaik untuk Umak... ya mba imun... :)

mispa maria mengatakan...

sabar ya imun...., jd ikut sedih... ;((

Umak sudah tenang disisiNYA, kita kirim do'a buat melapangkannya dialam sana, smg semua amal ibadahnya diterima ALLAH SWT. Amin...

Elda Tou mengatakan...

do`a anak yg sholehah insya Allah lebih dari segalanya tuk umak...moga Allah mengizinkan imun berjumpa umak dijannah-Nya.

yuni hanafi mengatakan...

duh mba imun pasti sampe sekarang juga ada rasa belum percaya ya mba,aku saja yg dg mbahnya suka gak percaya klo dia tlah berpulang.rasanya paling aku gak ketemu krn jauh dimesir sini dan suatu saat pasti bertemu......

semoga umaknya diberi tempat yg indah disana dan dilapangkan alam kuburnya......

nura hendra mengatakan...

semoga Allah melapangkan tempat disisi-Nya ya mbak.... turut berduka....

Dina Sulaeman mengatakan...

ikut sedih:(

Koko Nata mengatakan...

Saya belum mengalami kehilangan seperti ini. Mudah2an sebelum 'hilang' saya sudah membuatnya tersenyum senang

Reni Halida mengatakan...

umak sakit apa un sampe dikemo?

Afrianto Daud mengatakan...

ikut sedih juga :( semoga Allah kuatkan. Amin

rachma wati mengatakan...

Teh Imun, jadi merinding baca entry ini..
Moga Umak dilapangkan jalannya...
Moga teteh tetep sabar dan kuat...

baca ini langsung inget Bapak ku yang terbaring sakit pasca stroke ke-2 :(

maimon herawati mengatakan...

Amiin. Makasih Mbak Ari.

maimon herawati mengatakan...

Mbak Maria: Iya Mbak. Umak sudah tidak tersiksa lagi. Sudah tidak ada ganjalan. Terima kasih doanya, Mbak.

Uni Elda: Amiin. Hanya, nunggu bertemu itu lamaaa ya Uni. Belum lagi, berusaha supaya bisa jadi penghuninya. Berat. Tapi, hiburannya, ya, memimpikan Umak itu. Hilang sedikit rindu.

Yuni: Iya Yun. Insya Allah akan bertemu lagi. Terima kasih doanya. Doa yang sama buat Mbah ya.

Mbak Nura: Terima kasih doanya. Amiin ya Allah.

Dina: Makasih Din. Memang sempat tersirat di hati, pas yang lahir anak perempuan, Umak bilang, sudah ada penerus Umak (Imun perempuan satu), kayaknya Allah akan ambil Umak. Umak divonis kangker hanya beberapa pekan setelah Wafa lahir.



maimon herawati mengatakan...

Koko: Iya, Ko, ntar nyeseeeel loh, kalau merasa belum memberikan yang terbaik.

Reni: Umak immature teratoma, sejenis kanker ovarium. Sebelumnya Umak beberapa kali diangkat polyp.

Pak Afrianto: Terima kasih Pak. Insya Allah akan berusaha lebih kuat.

Wati: Masih sakitkah Bapak, Dik? Kalau beliau masih ada, always try your best to make them (Ibu dan Bapak) smile.

rachma wati mengatakan...

Dalam proses pemulihan di rumah Teh,
belom bisa jalan sih..
insya Alloh teh saya berusahaaaaa banget bikin mereka senyum.. :)

Fatimah T.Z. mengatakan...

semoga umak mendapat yang terbaik dan mbak imun serta keluarga selalu diberikan kesabaran. turut berduka ya mbak...

~Allahummaghfirlahaa warhamhaa wa 'aafihii wa'fu 'anhaa..

maimon herawati mengatakan...

Mbak Fatimah: Terimak kasih doanya, Mbak. Selamat juga untuk kelahiran babynya.

maimon herawati mengatakan...

Ini ladang menimba pahala, Dik.
Melayani keperluan beliau dan sebagainya.
Semoga Allah berikan kesabaran untuk semuanya. Terutama Bapak. Bagi lelaki pemimpin keluarga, ketika harus mengandalkan bantuan anggota keluarga yang lain, mungkin, akan berasa berat.

rachma wati mengatakan...

Amiiin amin amin ya robbal alamiin. Tengkiyu teh imun :D
Iya, saya juga sering banget ngebayangin jadi Bapak, subhanalloh...
Dan waktu awal2 Bapak juga seperti gak terima ma kondisinya, sering marah2,
tapi Alhamdulillah sekarang dah makin jarang marah2, seperti dah bisa menerima
kondisi yang ada...
Minta tolong bantu doa teh, semoga kita semua tetep sabar dan ikhlas ngejalanin
episode ini ;)