Desember, 1998, abang dengan sebel bertanya, "Bagaimana Teh?"
Dengan sok culun saya menjawab, "Bagaimana apa, Bang?"
"Mau nggak dikenalin sama calon Abang?"
Adhoh, saya sedang bete dengan urusan yang satu ini. Pernah bad luck pada soal taaruf-an. Mending, enjoy the time of my life dulu deh. Punya dua kerja, sibuk beraktivitas.
Males gitu loh.
"Katanya, kalau ada yang akan ngiket di Bandung, adik mau kembali." (kerja di Jakarta)
Huk.
"Ya iya sih." Nyengir sendiri.
"Jadi, bagaimana? Mau kenalan?"
"Nggak mau sama orang Padang, ya?"
"Yee, kenapa?" Abang terdengar sangat sebel.
"Ogah." Dalam kepala saya keluar titel 'selfish...panceme'eh dst'
Abang misuh-misuh. Saya cengar-cengir.
Sabtu, sore itu beliau bela-belain datang ke kantor saya, majalah wanita di Jakarta. Sungguh saya surprise, salut...plus takut. Surprise karena Abang saya manusia super sibuk. Salut karena demikian perhatian sama anak bandel ini, sampai bela-belain ngunjungin kantor untuk janjian ketemu. Dan takut....si Abang serius abis, euy!
Kembali dijejali dengan macam-macam pertanyaan dan 'doktrin'.
"Imun mau ke Australia, Bang."
"Hah? Kapan?"
"Ya, kapan-kapan sudah ada uangnya."
"Ngapain?"
"Nyari kesempatan master, kalau nggak dapet ya cari pengalaman."
Ada satu nama yang muncul dalam ingatan, seseorang yang already begged me to marry him...I am not for it at all, mind you. Juga beberapa sahabat yang mukim di sana.
"Nikah dulu, baru sekolah lagi."
Yee, apa hubungannya.
"Teh Imun, sayang loh kalo tidak mau dikenalin." Gantian Teteh, istri Abang yang promosi.
Saya speechless. Teteh tipe pendiam dan jarang komentar masalah pribadi kami. Lha, pertanda apa ini?
"Ibaratnya, jika sama A, teteh ke kiri, sama yang ini, ke kanan." (Abang deh yang ngomong). Mau ngamuk rasanya. But, maybe he has the point.
"Pokoknya, Abang jamin, semua obsesi Teteh insya Allah tercapai dengan yang ini."
Saya kehilangan protes sama sekali. Saya percaya dengan Abang, seseorang yang telah mengambil resiko besar dalam 'memungut' saya...
Ternyata....Padang! Ternyata calon dosen...glek...ternyata...tue (beda 5 tahun).
Tapi, bismillah, saya melangkah.
Jumat nginep di rumah Abang, Sabtu pagi calon Abang datang memberikan datanya, sekaligus mengambil data saya.
"Nanti intip saja dari kamar, oke?" Abang mengajari. Mau sih, tapi, wah, orangnya jalan cepet dan nunduk. Nggak keliatan manis atau apanya.
Sabtu sore ditelpon lagi. "Gimana? Lanjut?"
"Lanjut? Taaruf?"
"Iya."
Kalau cuma taaruf, siapa takut. "Ayo." Toh, open for no or yes.
Ahad jam 7 pagi diskusi sampai jam 11.
Jarang bertemu dengan seseorang yang sangat pede seperti ini, cerdas dan tangkas dalam menjawab pertanyaan.
"Tipe istri seperti apa yang akhi mau?"
"Yang sholelah."
"Tapi kan kita lahir dengan berbagai latar belakang. Budaya, pengalaman psikologis, sosial. Bagaimana akhi menyikapinya?"
"Kesholehan wanita akan mencelupi yang lain."
"Bagaimana pandangan akhi terhadap akhwat beraktivitas di luar rumah?"
"Tergantung aktivitasnya apa dulu."
"Jika dakwah menuntutnya keluar?"
"Saya akan sangat beruntung bisa bersama seseorang yang berguna bagi dakwah..."
Demikian sekelumit diskusi...Intinya, skak mat.
"Jadi, kira-kira, jika saya ditanya orang tua, bagaimana ya menjelaskan taaruf ini?"
Abang nyela, "Loh, Akhi, kita cuman belum sepakat dengan tanggal akad kan?"
"Iya." Suara itu kalem.
I was gobsmacked. Rasanya hampir terguling dari duduk. "Loh? Kan belum ngelamar sedikitpun, teh?" bisik saya panik sama Teteh. Kan baru taaruf? Kok sudah masuk bab 'tanggal akad?' KApan aye dilamarnya? Kapan aye bilang iya?
"Tanya saja." Teteh menyikut saya.
Saya menatap lemari yang membatasi kami. YA Allah, inikah jawabanMu? Berbulan-bulan saya meminta Dia saja Yang tercinta yang memutuskan untuk saya, siapa yang akan menjadi teman hidup saya. Saya lelah menilai, menimbang dan memutuskan. Takut salah. Tak mau salah. Saya bertekad, tidak akan menjadi yang berkata 'iya' dan 'tidak'. Makanya, untuk memutuskan 'maju' saya perlu lama sembunyi dari Abang.
Ini jawabanMu ya Waduud?
Saya calon istri!! Unbelieveable! To someone yang still totally stranger.
Dua bulan, pengenalan itu belum dekat. beda kota. Tidak ada telepon. Tidak pernah ketemu kecuali ketika beliau bertamu ke rumah, sehari sebelum lebaran, beberapa pekan setelah diskusi 3 jam itu. Lalu pesan banyak melalui Abang.
Sampai kemudian, pulang, 6 Dhulhijjah, di Palangki berhentinya. Sore menjelang malam. Umak udah hampir menangis karena panik. Semua persiapan sudah siap. Kamar pengantin sudah didekor bako, namun calon pengantin belum sampai.
7 Dhul berkelahi dengan sepupu yang kerja di Puskesmas. Kantor KUA hanya mau menikahkan calon pengantin yang disuntik. Saya pernah diceritakan, suntik puskesmas ini kadang suntik KB yang bisa memandulkan. Beliau hopelessly kind and happy for me, and insisted that the injection is a must. And I am a paranoid city girl who question everything. Why?
(Mind you, to think of the aspect of 'baby making' enough to drive me mad...Is it possible to get married, have children without that intimate part?)
Sore Rabu itu saya asyik dengan paman saya, menurunkan semua tetek bengek kamar pengantin (hasil kerja bako...bako = keluarga ayah). bayangkan! Serba merah dekat ke ungu? Creng dan fantastik...Just not me at all!
"Imun nggak akan mau masuk kamar itu."
Baralek di rumah Etek, sedang nginep di rumah Mak Tuo. Jadi, betul, kamar itu cuma hiasan saja. Tidak akan ditempati. But, you know....the colour?...
Mak setengah tersenyum, setengah sebel. "Mau bagaimana lgi? Bakomu yang memilihkan."
"Nggak. Warnanya! Ampuun."
Saat itu paman (beliau anak dari saudara seayah nenek dari pihak ibu) memberikan solusi. Beliau akan membawakan pernik kamar pengantin dari Solok, bekas kakak perempuan beliau. Yang jelas serba netral lah warnya.
Kami asyik memasang pernak-pernik kamar sambil sesekali ditimbrungi Mak. Serasa kembali ke 6 tahun yang lalu, saat kami satu SMA, beliau kelas tiga, saya kelas satu. Sepanjang satu tahun itu, saya menjadi 'anak kamanakan orang terkenal'. Karena paman saya lumayan terkenal di SMA 2...Sebenarnya, sebagai anak kelas satu, yang satu dari dua pemegang NEM di atas 53, saya lumayan terkenal seeh...di kalangan guru maksudnya. Hi hi hi, soalnya, ada beberapa guru yang ketika mengabsen, menatap agak lama. Ada yang berkomentar,' O, ini Maimon itu'....asumsinya...jauh panggang dari api, kak kak kak.
Datang 8 Dhulhijjah...sungguh, saya mati rasa. Sepupu mengajak berdandan. Hanya mau dibedaki dan cari lipstik sendiri. I would say, a very simple choice...dibanding dengan nasib teman-teman yang dipaksa jadi 'someone else' oleh penata rias. Inin, sepupu saya, tidak memaksakan apa-apa.
Coming the 'h' hour. The feeling was so heavy. I was not ready. Nggak siap ya Allah, jadi istri a stranger.
Tapi, mau bagaimana juga belitan perasaan helpless itu, akad terus berlangsung. Dengan lima kali pengulangan. Kesalahan pada Papa.
Ketika semua mengucap hamdallah, seakan tubuh diguyur air es. Saya seorang istri!! Allah! How am i going to deal with it? Bisa dibatalkan saja nggak ya?
Ketika usai Ashar, saya dan beliau diajak isirahat di rumah Mak Tua, karena ba'da Maghrib akan ada 'alek kampung', saya memilih mengganti baju di kamar sepupu, membiarkan beliau di kamar saya, dan menunggui Inin masak ikan panggang di dapur.
"Mun, temani dia. MAsa ditinggal sendiri. Tanya, mau minum nggak."
Ya Allah. Saya bukan pengecut sama sekali. Namun, sungguh, sekali itu, seumur hidup..., mau buka pintu itu....seperti menuju tukang jagal!
Tangan saya seberat satu ton kilo, ketika harus mengetuk pintu itu.
"Masuk saja."
Saya langsung ingin ngibrit lari.
Dan ternyata, lelaki Padang itu sabar dan bijaksana menghadapi perasaan itu.
Ah, betapa saya berusaha mengecilkan badan sekecil-kecilnya ketika duduk di kursi, jauh-jauh di sudut. Berharap semoga beliau tidak aware dengan saya. Betapa saya kehilangan suara, ketika ditanya...
7 tahun sudah kami bersama....
Allah Maha Suci...
Dialah sahabat, kakak, kekasih, pasangan....
Dia belahan jiwa...
Juliandri, lelaki sederhana yang amat teramat tidak ekspresif, lelaki yang berusaha konsisten dengan SabiliLlah...yang mengajari dengan qudwah...dengan segala kekurangannya...Lelaki yang manusia biasa....
Semoga kami kembali bersama di surga...amiin.
(Bi, kalau bidadari di surga itu siapa?................Bidadari Abi kan Umi.......tuing tuing)
newcastle....pagi 8 Dhulhijjah....mengenang mitsaqon gholizho...
47 komentar:
Kirain apa... ternyata... eng ... ing ...eng...
Saya bacanya sambil ketawa-ketiwi tapi sambil mata berembun. Sambil mandangin foto Wafa. Trus idung meler (lho ini mah pilek, laen lagi...)
Happy anniversary Mun. Semoga kelak menjadi sang bidadari Abi di surga (Abi-nya jadi apanya Maimon ya...?)
Speechless Teh. Subhanallah, ternyata Pak Andri bisa romantis juga. Selamat Hari Pernikahan yang ke 7. Semoga Allah senantiasa meridhoi Teteh sekeluarga, tetap istiqomah dan Teteh tetap menjadi Teteh Lisa yang dulu Lisa kenal.
Salam hormat kami pada beliau.
hanya satu dari yang sangat sedikit...
Yang penting kan...kesadaran dari Teteh kalau beliau cinta...
walau tiap hari nanya, "Abi cinta nggak sama Umi..." "Bang Arik, cinta nggak sama Umi?" "Cinta nggak?"(nada ngancem) "Iyalah." "Cinta kayak apa? Cinta saja?...cinta bana-bana?atau cintaaaa sekali?" "Gimana ya?"
(Diulang 3 kali sehari....ha ha ha)
Amiin ya Rabbil alamin.
Mbak juga yaaa.
Da An...ya..pangeran imun ya?
hihihi.... nada ngancem ditambah mata melotot dan muka garang. Gimana gak bilang "iya" semua???
Takut gak ada yang masakin :)
wahhh... ceritanya seru bangeeeettt....
gak nyangka lohh...
hiks.. mengharukan....
hiyaaaaa...ada yang milad. barakallah ya Teh, selamat ya Teh..cipika cipiki.
Berarti kita menikah di tahun yang sama ya teh? cuma beda bulan.
doakan adekmu ini juga ya Teh....
^_^ Selamat Milad ya Teh.. *eh teteh apa Uni niy? ikut2an Ummi Nida aja deh*, bahagia & haru baca ceritanya. Salam Kenal.
huahahahaha...ini yang paling menarik sekaliiii...
beberapa mba-mba di kampus sebelum menikah mengikrarkan diri gak mau dapet ikhwan padang, walhasil... menikahlah mereka dengan orang padang.
Kalo ira, berkaca dari pengalaman.... ada satu mba yang bertekad menikah dengan orang batak, walo sempet bilang tapi gak mau bataknya si "A", alhamdulillah beliau mendapat suami orang batak yang ternyata si abang "A". Nah, ira...dari jauh-jauh mengikrarkan diri maunya sama ikhwan jogja...ya kalo meleset-meleset dikit yang jawa lah... Alhamdulillah, suami ira orang jawa..pekalongan. Kata mbaknya suamiku, ira nie...mau ke jogja macet di pekalongan...
btw...Happy milad ya teh... semoga penuh berkah terus sampai ujung waktu...
btw lagi, kok ikut-ikutan bidadari surga...?????
Makasih, Mbak titin.
Banyak cerita seru sebenarnya, he he he.
Tapi, mau nulis...nggak banyak waktu...
Yang jelas, pelajaran dari Allah, tawakal itu adalah menyerahkan sepenuh keputusan kepada DIA. Hasilnya indah.
Nggak pake melotot sih, he he he. Sekarang-sekarang udah mendingan. Teteh udah agak 'sembuh'. Nggak perlu nanya tiap hari, he he.
Amin ya ALlah. Jadikanlah mereka dan anak cucunya penghuni surga...di dunianya mujahid dan mujahidah...Amiin.
Makasih Vin. Masalah panggilan, agak bingung sebenarnya. Di Padang dulu, pas SMA sering dipanggil Kakak (PMR). Kalau di Bandung Teteh. Lebih lekat Teteh karena bisa dibilang, banyakan hidup di sini. Kalau di UK< waa, sering dipanggil Bu Andri, kalau sesama ibu muda, dipanggil Mbak Imun. Bingung aye.
Yang jelas, kalau di rumah sama adik semata wayang dipanggil 'Uni'.
Silahkan pilih saja Vin. Teteh, artinya dikau masuk rombongan Febi. Panggil Mbak, bareng ibu muda/undergraduate Newcastle, panggil Uni sama dengan adik yang di Padang.
waah...teteh (lho kok orang padang dipanggil teteh?? tapi ikutan aja deh;)) happy milad pernikahan yaa...barakallah...semoga terus mendapat kebaikan yang berlimpah dari Allah. Amin.
Btw, ada kata panceme'eh tuh...pada ngerti gak ya orang2 yang baca?? :) salam kenal...
Huah! Pingkan bab 14 sekalee, wakakakkkk. Yakin deh kalo itu ternyata pengalaman pribadi :p, apalagi tentang mimpi dikejar penjahat berpisau (copet ato penjagal sih, say? :))).
Met milad pernikahan ke-7 ya, say, moga berkah, samara selalu. jadi pasangan dunia-akhirat (insya Allah, apalagi si uda udah jawab ndiri tuh bidadari abi adalah umi, uhuiiiii! :D). Cariin dong atu yg kayak uda (bukan berarti uda asal padang lho, mas, abang, kakak juga bole yg sabar en bijak kayak uda andri, ihik-ihik...).
nah...iya mba..! beneran...tadi pengen komen gitu...
perasaan kayak udah pernah baca nie cerita...
hihihihi...beneran dikejar copet gak teh..?
Amiin. Salam kenal juga Uni (?) Biasanya Rahmi dari Padang, he he.
Oh iya,...panceme'eh itu, pembaca, = pencemo'oh...alias suka nyindir. hi hi hi.
itu, ada dua. Penjagal berpisau ...yang ke mana aja lari bisa ngejar, walau dah tutup pintu bisa masuk...kepengaruh baca tragedi Mai 1997. Kalau pembunuh berpistol, karena abis baca pembunuh maniak di Tasmania Australia yang bunuh anak2 TK... hi hihi.
Amiin ya ALlah. Dari siapapun juga tawaran itu, semoga Uda, Mas, Kang, Om sabar dan sholeh untuk Dian. Amiin
He he he, endingnya kan lain llaaah....
Pingkan nggak nikah, aye nikah...he he
Kalau dikejar copet, aslinya ngggak pernah, alhamdulillah....kalau kecopetan sih ada sekali...
Jangan sering-sering deh.
uniiii…pagi ini sy br baca jurnal uni, krn libur panjang sabtu – selasa jd br OL lg di MP…baca nya aja ampe ikut berdebar2…trus terharu biru and….speechless gituu deeeh…..kisahnya dikirim ke majalah ALIA aja ni…ada bnyk hikmah dijurnal yg uni tulis ini
Subhaanallah…indah ya pertemuan uni dgn uda Andri,…, semoga langgeng terus hingga akhir hayat dan bertemu di SurgaNya…
*ketika dua insan bertemu dijalan Dakwah…dijalaninya pun jd Indah*
baru baca hari ini ..... Selamat milald yang ke tujuh ya Ni.. semoga bahagia selalu...
selamat ya..mi, ampe lupa nih. ternyata udah 7 tahun yg lalu ya...mama isha ngantarin ummi ke terminal rawamangun buat menempuh hidup baru:). Cepat pulang dong...jangan lama2 di UK, ngak ada yg bawelin mama isha lg nih;-)
mmuuaaah....
Alisha
NB: Salam kangen dan rindu isha ya..buat abang arik, abang ahmad dan adik wafa
Duh..., jadi inget Imun waktu masih 'sendiri'... hehehe...
Barokalllahu lakum...
Hihihi...Jadi ngebayangin waktu teh Imun di'kejar2' si Abang....hahahaha.....aku mah kabur duluaan..(GR amat emangnya ikutan dikejar...hihihi) Biasalah doi mencari sebanyak2nya pasukan buat nemenin teteh & abang.
Gak kerasa ya udah 7 tahun.....Met Milad ya Teh...semoga tetap menjadi keluarga SAMARADA.....luv u!...
ehm...ehm...
ada yg mirip2 novel uni ya:D
barakallah...semoga tetap dalam lindungan cinta-Nya
wua....jadi takut ngalamin:d
Amiin ya Allah
Amiin.
Bahagia sebenarnya gimana memaknai ya? Kalau sedang konslet sebel ya ada,...tetap ujungnya damaai...
iyaaa....
yang hampir ditinggal bus kan? yang dicari-cari, dikira belum naik, padahal udah
Tuh, bener kaaaan.. Part of the Pinkan ya Uni Imun sendiri. Ehm, met wedding anniversary yach!
Semoga cerita ini menjadi salah satu dari bermilyar-milyar cerita indah yang akan terus mengikatkan Uni Imun dan her husband dalam jalinan kasih sayang abadi hingga di akhirat nanti.
Mun, istri sholehah kan akan membuat bidadari 2 di surga yang terkenal gorgeous itu akan jealous dan envy abisss...
Salam kangen!
Iya Mbak. Sering inget-inget juga :-D Pergi ngajar jam 6 pagi, pulang jam 3, ngantor ke UMMi, kalau deadline, bahkan tidur di kantor, mengorbankan meja Mbak Ifa...untuk alas tidur, he he
bukan kabur kali....nyari lahan dakwah lain, he he he
mirip dikiit...
Makasih Dik
sebenarnya, hanya bagian taaruf doang yang imun ambil dari pengalaman sendiri, Ra. Sisanya mah ngarang...
Demikiam juga Rahasia Dua Hati atau Muara Kasih. Nggak ada yang dari pengalaman sendiri :-D
Makasih ya...
Pekan ini sangaaat sibuk dengan persiapan tsunami remembrance nih...
belum bisa kirim surat panjang buat Ira...
Maaf ya Ra...
teh...teh...
tanya dunks, dapet kekuatan darimana sampe bisa-bisanya mutusin nikah...?
soalnya kadang sampe sekarang pun ira suka bengong dan bingung sendiri...
kalo temen sih suka tanya, "yakin lo, lagi gak ngobat...?"
karena pernah bad experience, selama 3 bulan sebelum Desember itu, teteh setiap sholat selalu minta sama Allah kebeningan batin, kebersihan hati, dan pertolongan. Selalu di ujungnya, ya Rahim, nggak mau bikin salah milihnya. Biar Engkau saja yang pilihkan ya ya?
Sebenarnya dikenalin Abang itu ogah2an juga. Cuman, mencoba meminta kepastian dari Allah. Datang Ahad itu juga masih berpikir, 'no'...toh cuman taaruf...dst. Tapi, ternyata, sesuai dengan permintaan pada Allah, Allah saja yang memutuskan, itu bener-bener terjadi kan? Abang yang mengatakan 'iya'...
Jadi, ya, berusaha selalu pasrah...walau sebelum akad, banyak pemberontakan juga. Tapi, meyakinkan diri, ini untuk dakwah dst. Ternyata....jika satu ketika Allah memanggil Pak Andri lebih dulu....I'll never find someone else....because none will be like him, ever :-D Though it is not a whirlwind romance, but we are one.
Aduh... jelas terlihat kalau cinta itu makin tumbuh perlahan-lahan dan terus menguat. Akhirnya, you are really madly deeply in love with your husband! Thanks to Allah SWT! Ternyata romantis itu bukan hanya rayuan-rayuan gombal (dengan kutip atau tanpa tanda kutip) saja, toh?. Cinta lebih dari sekedar itu... ehm!
Assalamu'alaykum wr wb
I was googgleing "Indonesian Humanitarian Social Aid Network" and found this multiply site and read this blog.
I pray to Allah that Ustadz Juliandri's family will remain as a role model for other Muslim families.... amin ya Allah.
Wassalam
ali
Ternyata, cinta itu tumbuh perlahan-lahan dan semakin menguat dari hari ke hari... Romantisme itu tidak melulu rayuan gombal (dengan kutip atau tanpa kutip) tokh???. now you admitted (kalo enggak, bisa mimpi buruk seperti Pingkan) that you're madly deeply in love with your husband. Wow!
Ooh please... don't let this feeling end...
wahhh jadi nostalgia... :)
Mba Asma doong, ceritaaa. Jadian sama Bang Isa gimana caranya? (wink....wink...)
lg scan mp...baca semua posting teh imun...don't know why...saya nangis baca yg ini...(savia?nangis?)
kenapa nangis??
cinta banget sih,sama pak andri...
sy gak tahu apa bisa punya rasa sebesar itu...(saelah,ngomong apasi gue?)
merasa bersalah...
Hm...
Ada proses kan??
Tahun pertama sampai ketiga waaah berat.
Lumayan sering ingin keluar dari 'medan perjuangan'...
hehe
ada wejangan?
pernah ada yg bilang gini ketika saya berargumentasi dg poin2 telak untuk menolak mendapatkan amanah da'wah:
"dek, teteh gak pengen liat savia futur..."
td pagi pas bc ma'tsurat berhenti lamaa di allahumma maa ashbaha bi min ni'matin...
"Ya Allah, sesungguhnya tidak ada yang bersamaku suatu nikmat atau bersama seorang di antara ciptaan Mu kecuali itu dari Mu sendiri..."
Nangis lageee...hadeeehhhh jadi cengeng...
Sepertinya sudah berhasil ya?
Posting Komentar