Rabu, 21 September 2005

Tetanggaku, Saudaraku

Daerah tempat kami tinggal terdiri dari flat dua lantai. Lantai bawah biasanya terdiri dari dua kamar tidur, living room, dapur dan toilet. Lantai atas memiliki tiga kamar tidur. Sejak pindah ke rumah sekarang, kami mempunyai tetangga yang sama. Sama-sama student (mereka dari Libya), sama-sama punya anak 3 ( anak dua tertua mereka lebih besar), dan sama-sama Muslim.


Sebelum benar-benar saling sapa, suami mengingatkan bahwa istri 'orang atas' tidak lancar berbahasa Inggris. Yaa, udah deh. Selama setahun pertama, kami paling saling senyum dan sedikit basa-basi. Walau, bisa dibilang, kami hapal rutinintas masing-masing. Setiap setengah jam, sang istri cuci piring , dua kali sehari vacuming . Sampai jam satu atau dua pagi, dia masih bangun. Kadang malah, jam tiga pagi terdengar bunyi cuci piring. Saya bisa menandai mana langkah kaki dia (lebih bak buk bak buk). Sering juga terdengar dia memarahi anak-anaknya.


Hubungan mulai terjalin ketika kami (saya dan sang istri) sering bertemu di halaman belakang  yang hanya terpisah dinding tinggi semeter saat menjemur kain. Summer 2003. Kami mulai berbincang tiga patah kalimat. Ternyata, memang sering nyasar juga pemahaman kalimat kami. Maksud saya A, dia pikir B. begitu sebaliknya. Belum lagi yang 'he' jadi 'she' atau segala kesalahan bahasa. Tapi, karena satu agama, kami merasa enjoy saja


Entah bagaimana....kami jadi akrab...sepertinya sejak saya diundang hadir dalam syukuran bayinya deh....(saya datang....telah hadir 8 ibu-ibu Arab, cantik dengan make up mereka, pakai baju pesta...harum dan tanpa jilbab.....saya datang terburu-buru, sepulang kerja cleaner, agak bau, pakai jubah rumah yang terkena noda...dan jilbab kain yang warnanya sudah pupus.....Sungguh saya merasa seperti upik abu...salah ruangan lah bo....Waktu saya terus terang merasa telah merusak suasana pesta mereka, dan minta ijin pulang lebih dulu...sang istri protes...jadilah setengah jam saya duduk di tengah wanita harum dan cantik itu...))


Setelah pesta itu, saya mulai hapal namanya, Amal. Amal mengundang saya minum kopi dengan kakak perempuannya, Su'aj. Su'aj datang sebulan untuk mengurusi Amal yang habis melahirkan. Dari situ keakraban terjalin. Ketika anak-anak mereka main bola diluar, saya mengeluarkan donat  dan jus. Satu ketika, Amal yang membuatkan suami-suami kopi Arab dan kue. JAngan ditanya anak-anak. Mereka inginnya main bersama terus. Anak mereka, Ahmad berusia 11 tahun, Ibrahim 8 tahun, cukup enjoy bersama Arik dan Muhmmad ( 5,5 th dan 4 th). Ayah, anak perempuan mereka ( 1th) suka main dengan Wafa.


Saya salut dengan Amal karena membayar puasa Ramadhannya saat summer (puasa mulai jam 2 - 10 malam!!...katanya dia ingin Allah cinta padanya disebabkan puasanya yang susah itu), sedang saya menunggu autum untuk bayar puasa( mulai ja 5 pagi - 6 sore....enteng) . Sedang Amal merasa saya punya pengetahuan agama yang luas, dan dia banyak belajar, hi hi hi . Momen yang paling seru saat cerita nabi-nabi ke anak-anak kami. Amal bilang Harun bukan Nabi. Saya melongo. Apa pelajaran agama di Indonesia salah? Amal akhirnya nanya suaminya, suaminya marah. Harun itu nabi. Setelah itu kami ketawa berdua, kek kek kek.


Kami jalan-jalan dengan semua anak2 (minus suami) ke taman. Menjaga satu-sama lain saat London bombing, supaya aman. Sepulang mengantar anak (sekarang Ibrahim satu sekolah dengan 2 bujang) kami sering minum teh bersama...sambil tukar cerita. Kami sering tukar-tukar resep. Kapucino itu, nasi Libya dan pizza saya dapatkan dari Amal. Saya mengajar Amal bikin donat dan cake. Amal juga tidak merasa sungkan untuk meninggalkan Ayah di rumah agak 15 menit, saat dia harus mengantar obat Ibrahim ke sekolah.


Amal anak kedua dari 13 saudara, dengan 7 diantaranya perempuan. Sedang saya anak perempuan satu-satunya dari 3 bersaudara. Sungguh saya menemukan kakak perempuan yang (kek kek kek) jauh lebih lugu dari saya.


Amal adalah wanita Arab yang baik hati, ramah dan jujur. Dia generous, dan sangat perhatian. Dia idealnya istri...rajin masak, rapi, bersih. Dia masak dua kali sehari, membersihkan rumah dengan bleach setiap kali ada yang selesai memakai toilet, dan anak-anaknya selalu bersih, tak pernah dekil. Saya, kebalikannya .  But I try my best to clean, cook dan care for the children. Sambil juga kerja part time dan dakwah. Jadi, yaaa, will not as perfect as Amal.....


Yang jelas ada saja pelajaran positif dari setiap pertemuan kami.


Semoga Allah selalu melindungi dan menjaganya. Amiin


Saya suka bersama dia. Semoga juga dia suka dan nyaman bersama saya.

12 komentar:

Tian OT mengatakan...

hehehe. ternyata benar cerita seorang mantan tkw di arab saudi (yg pernah saya wawancarai) bhw wanita arab itu (libya arab juga kan?), saat di rumah trendi sekali penampilannya. begitu keluar, seragam, sama-sama pake abayya. hehehe.

benar tek, tetangga dekat akan terasa seperti saudara, bahkan lebih. karena siapa lagi yang pertama dimintai tolong (sebelum saudara yg jauh), selain tetangga. :D

maimon herawati mengatakan...

betuul. Dan ternyata suami juga yang minta :-D Suaminya ingin, Amal cerita, jika suaminya pulang, anak-anak sudah bersih, Amal sudah dandan :-D
Wadduh, saya mah boro-boro :-)) Suami pulang kampus, Imun siap-siap kerja cleaner. Pulang jam 7.30, dalam kondisi lecek, capek dan bau :-)) Paling tersisa waktu untuk main sama anak sebentar, sholat...istirahat. Kadang sambil nggak bisa senyum sedikitpun, jika terlalu capek....apalagi mau wangi dan dandan. Ke laut dulu deh :-D Alhamdulillah juga, suami Imun qana'ah....cukup dengan yang ada (ha ha ha)

Rahmadiyanti R mengatakan...

Iya, alhamdulilllah, coba kalo suami Imun bukan Da An, tapi suaminya Amal, wah gaswat tuh, hahahaha! Peace! Ceritanya menarik, say!

maimon herawati mengatakan...

iya, alhamdulillah. Makanya, jodohnya Da An, bukan Abdul Salam :-D
Pis juga ah. online doong di YM

prajuritkecil tak bernama mengatakan...

hehehhe... kayaknya Allah beneran baik banget ya, sama akhwat model kita gini Teh. Suami ira pun qonaah... banget. Gak ada tuh ceritanya pulang kantor, suami udah disedian makan, air hangat buat mandi, teh...kopi...dst. Yang ada sama-sama capek dua-duanya...

maimon herawati mengatakan...

Ra, denger-denger di Indonesia sedeng tren perbincangan tentang 'bagaimana membuat suami betah di rumah'. :-D
wow, kita di UK pada melongo-melongo. what's wrong? Belum lagi ungkapan, 'takut suami direbut'...waaaa, emang cuman ....males ah nambahin :-D

dina balirita mengatakan...

wah mbak imun bisa nyambi cleaner juga disana ...ck...ck...
BTW klo dah balik ke sini yg dulu di LN pada nyambi gitu, kira2 sampe sisini bakal mau nyambi juga gak ya ...(hm....sambil mikir, dg kening berkerut)

maimon herawati mengatakan...

hm, gimana ya?
ini sih nyambi karena sudah 2 tahun nggak ada beasiswa :-D
kalau di tanah air, pinginnya sih anak pergi sekolah liat ummi, pulang sekolah liat ummi :-))
kalo ada jam kerja model gitu, mau deh :-D Nggak nolak, kek kek kek

ummi nida aufal mengatakan...

*glek* subhanallah...
febi mah gak ada seujung kuku ama Amal, teh.
jauuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuh....tapi, yg penting suami gak komplen deh, hihihihii

prajuritkecil tak bernama mengatakan...

wah... gak pernah denger gosip kayak gitu teh!
tak kepikiran juga bakalan ngikutin trend yang ada...
btw teh... udah empat bulan neh. tapi ira kok masih suka bengong dan terpukau2 yaaa.... liat ada seorang laki2 di kamar...?
masih takjub abis...
noraknya gak ilang2

maimon herawati mengatakan...

kan ada sisi lainnya. Amal nggak ngempi, hi hi hi.

maimon herawati mengatakan...

jangan kelamaan noraknya ah :-))
Salam buat beliau ya