Jumat, 16 September 2005

Ingin Kutangkap Bayangmu

Mak,


ingin kutangkap bayangmu...


yang mengabur...


hampir hilang ditiup  angin masa


Mak,


ingin kucium...harummu


yang melekat pada baju dan rumahmu


yang dibuang oleh bapakku...


Mak,


perih rindu..menggigit ruang sadarku...


ingin memelukmu....namun tiada tempat untuk itu...


hanya menunggu ...kumampu...


waktu bertemu denganmu...


di surga kekal abadi...


Mak, aku rindu....


 


dengan keperihan...saat mengetahui kenangan akan beliau diserahkan pada keasingan


 

22 komentar:

prajuritkecil tak bernama mengatakan...

...hmm...
maaf teh, gak bisa turut merasa sedih itu...
tapi ingin sekali membagi pundak ini tuk sisihkan perih itu
walau sedikit...

maimon herawati mengatakan...

makasih doa.
Mohon doa hingga kenangan itu tak hilang...
karena hanya itu yang teteh punya....tak ada yg lain...

prajuritkecil tak bernama mengatakan...

....................
......................
jadi ikutan nangis nie

maimon herawati mengatakan...

luka kehilangan itu berdarah-darah, Ra
just wanted to hug her
for the last time
but....got nothing

D h i k a . mengatakan...

hendak berkomentar...
begitu membaca dialog kalian...
jadi urung....

yang pasti telinga dan mata saya
membuat saya (berharap mampu) ikut merasakan...

Dini Kuswidiani mengatakan...

unii lg kangen Mak ya?
puisi nya baguuuuus bgt……
menyentuh…
ada yg mengembun diqalbu
dan hampir jatuh
dlm lelehan airmata rindu…
saya teringat bapak

saya sdg berusaha terus berproses & bljr meraih cinta Allah
agar doa-doa saya utk almarhum bapak di mustajab
saya disini…sdg rindu bapak ni….
semoga kelak bisa dipertemukan
di Surga Nya
amiin
semoga uni juga dipertemukan dgn Mak kelak
di Surga Nya

maimon herawati mengatakan...

amiiin
iya, Mbak Dini
semoga kita bertemu orang yg dicinta.
Di surga

maimon herawati mengatakan...

makasih Mas Dirga.
kenapa jadi urung? :-)

Dina Sulaeman mengatakan...

insya Allah Ni...
*ikut sedih*

TYo bRownHieze mengatakan...

puisinya dalem mbak.. :)
semoga dengan doa lekas terobati kangennya yah mbak.. :)

maimon herawati mengatakan...

kadang, imun pikir udah sembuh, Mbak. Tapi, ada aja yang membuat luka itu merah kembali...
Ingat dalam sayang Imun pada Wafa (sadar Umak sangat sayang sama Imun) adanya pilu...dan rasa bersalah...karena belum membahagiakan Mak.
Ingat kalau Imun ingin Wafa bahagia dan tidak usah bingung....berharap bahwa Mak tidak kecewa...
bingung ya Mbak...
Mak meinggal karena kanker...1,5 th lalu. Umak selalu melarang Imun pulang. Saat itu juga Wafa masih bayi dan belum masuk ke visa...
Sampai meninggal...keinginan Mak hanya ingin bertemu Wafa (Adat Minang garis turunan dari ibu...anak perempuan dan cucu perempuan....Imun perempuan sendiri).
Tahu setelah beliau meninggal, bahwa saat sakit tak tertahankan lagi, Mak memanggil kami (Imun dan Wafa). HAnya 4 bulan masa berjuang melawan kangker beliau. Imun pikir masih ada waktu....ternyata....
Ini yang selalu membuat rasa bersalah itu bergunung-gunung.

ummi nida aufal mengatakan...

speechless...
ikut merasa...nyeri

Afiyah Mahfudhah mengatakan...

Apakah yg Mbak rasakan adalah sakit yang nikmat???. Jika betul, menurut saya, tidak ada salahnya untuk menikmati sakit itu, sesekali!!! . Dan jika Mbak merasa bersalah, bukankah ia telah menjadi masa lalu? So, kita perlu meliriknya sesekali lewat kaca spion.Maaf jika tidak sependapat!!!

maimon herawati mengatakan...

Wah, saya tidak paham, sakit yang nikmat :-) Saya pisah dengan Umak sejak lulus SMA, karena kuliah di Jawa. Bertemu seperti Uni Dina, sekali setahun. Jadi, belum puas bersama beliau. BElum cukup membahagiakan...membuat senyum yang jarang itu hadir. Saya besar sebagai bukan anak gadis Minang ideal (baca: pandai bakameh, dan memasak rendang :-D) Hingga kebersamaan kami dulu diwarnai dengan 'kesedihan' Mak melihat anak perempuannya one of the rotten bunch. Sungguh, yang saya sesali ialah ..... beliau meninggal ketika dalam sakitnya memanggil Wafa. Akan bertemu kembali, insya Allah. Tapi, lamaaaa ya. Dan ada side story lainnya...belum bisa dibagi...yang membuat...indeed that strong woman was lonely and hurted. I could ease the pain (which is alhamdulillah no more). But I did not.

Henny Herwina mengatakan...

Uni Imun...
ikut sedih, tabah ya, saya juga punya rasa yang sama untuk papa
tak bisa mendampingi beliau disaat saat terakhir, hanya bisa mengirimkan doa...

Saya sekilas melihat side story dari puisinya...

Ikut berdoa, semoga luka Uni perlahan membaik, karena ketika kita mengadu padaNya, Ia telah menyiapkan jawabannya, yang antara lain:

"Tiada suatu bencanapun yang menimpa di bumi (dan tidak pula) pada dirimu sendiri, melainkan telah tertulis dalam kitab (Lauh Mahfuzh) sebelum Kami menciptakannya. Sesungguhnya yang demikian itu adalah mudah bagi Allah. (Kami jelaskan yang demikian itu) supaya kamu jangan berduka cita terhadap apa-apa yang luput darimu, dan supaya kamu jangan terlalu gembira terhadap apa yang diberikan-Nya kepadamu. Dan Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong, lagi membanggakan diri". (Al-Hadid: 22-23).

prajuritkecil tak bernama mengatakan...

teh...mama ira masih ada...!
tapi jika melihat apa yang dihadapi mama sehari-hari, selama berbulan-bulan.. bertahun-tahun...! rasanya hati ini pun seperti disayat dan berdarah-darah. ira anak perempuan mama satu-satunya, yang melihat langsung apa yang terjadi dengan beliau... yang menjadi saksi apa yang mama alami dalam hari-hari. tahukah teh, kenapa ira pun tetap terluka...
bukan karena mama... papa... atau abang-abang..
tapi karena sampai hari ini, ira masih jarang membuat mama tersenyum bahagia....
(duh, nangis lagi deh...)

yuni hanafi mengatakan...

wah saya terharu sekali.....dan saya harus bersyuku yah masih bisa bersama kedia org tua...walo jauh tapi masih bisa dengar suaranya.(telpon)

maimon herawati mengatakan...

Febi, kalo maih lengkap ortu (terutama Ibu) jangan telat membahagiakan mereka :-) Ntar nyesel, kayak teteh. Dari sejak remaja, pisah melulu, jadinya masih berasa kurang waktu kebersamaan itu.

maimon herawati mengatakan...

kalau sesama Padang, bisa sense side storynya ya? :-)
Most of the time, bisa ignore the pain, Uni. Hanya, karena kayak terjepit gitu loh, dari pihak keluarga Umak nuntut Imun, dari yang lain juga, sedang suami belum bisa ditinggal ataupun selesai studinya. Jadinya, all people expect Imun to be strong, sedang Imun masih berduka...belum selesai grievance untuk Mak. So, I feel lost sometime.I am asked to be the one to shoulder all the responsibilities, but I need to rest, to ease the pain, to be alone, just with the memory of Mak.

maimon herawati mengatakan...

keep the communication alive, Mbak. Walau hanya lewat telepon, tell them you love them :-)

neo berlian mengatakan...

Again terlambat. Teta pi rasa itu akan selalu abadi kan uni?
Seperti yang selalu kurasakan..kita sama tak memilikinya lagi. Dari kecil aku selalu ingin menjadi pahlawan untuknya, melindunginya dari yang menyakiti. Tapi untuk sebuah Kanker payudara kronis? aku tak sanggup. Hanya cintaku yang kuharap bisa meringankannya. Tapi rupanya Allah lebih mencintainya, ia menjemput mamaku tujuh tahun yang lalu, saat aku tak bisa merasakan deritanya dari dekat, saat aku tak bisa merawatnya dengan kedua tanganku, saat hanya suara dan do'a yang bisa jadi penawarnya. Hingga..pusara itu yang hanya bisa kusentuh dan kutetesi airmata dan doa.

maimon herawati mengatakan...


Ramadhan masa yang berharga, Dik, untuk mendoakan mereka.

Semoga Allah kasihi mereka, sebagaimana mereka mengasihi kita. Semoga Allah lapangkan kubur mereka. Amiiin.