Namanya Syahrul, dikenal sebagai Mak Ancak (Rancak). Ini karena adik bungsu saya membandingkan pakaian dua paman. Satu perlente dan rapi, makanya dipanggil Mak Ancak. Satu lagi baju usang, tetap dipanggil Mak Iwang.
Dua-duanya lelaki pengasih tiu sudah pergi.
Mak Iwang meninggal 3 tahun yang lalu. Jum'at itu, beliau terburu-buru untuk azan sholat Jum'at di mesjid. Rumah beliau hanya 15 langkah dari mesjid. Ketika beliau menyebeerang dengan motornya, sebuah truk menabrak Mamak. Kepala Mamak pecah.
Mak Iwang pendiam, namun cerdas dan bijak. Hatinya luas dengan kasih sayang. Cintanya ditunjukkan dalam diam. Saya merasakan cinta diam itu berkali-kali. Sungguh saya berharap, akan kembali berjumpa beliau.
Mak Syahrul meninggal tadi malam. Komplikasi penyakit yang terlalu banyak. Jantung koroner, TB, diabetes.
Mak Syahrul atau Mak Ancak, lelaki yang few step ahead of his generation. Lelaki yang berpikir ke masa depan.
Saat orang belum melirik perikanan ikan tawar, Mamak sudah memulai tahun 1981 di desa kecil Palangki. Ketika lelaki di kampung puas dengan sepetak sawah mereka, Mamak merambah hutan dan menanam karet. Sekarang, tinggal memetik hasilnya, bola getah karet.
Kreatif. Namun, bagi saya, ada sisi lain. Kasih sayang dan kebanggaan beliau pada saya. Rasanya, beliau satu-satunya yang membawa-bawa saya ke mana-mana, warung, teras tetangga, sekedar untuk mengulang 'wawancara' tentang :' juara berapa kau, Mun? berapa angka 9? berapa 8? berapa 6?' Supaya orang lain juga mendengar.
Mata itu akan berbinar-binar mendengar jawaban berkali-kali itu. Beliau akan dengan sangat generous menghitung angka 9/8 dan mengalikan dengan sejumlah rupiah.
Perih.
He was like a father. Close at heart.
Lelaki tangguh yang cerdas dan kreatif.
Semoga Allah melindungi dua lelaki besar itu: Mak Ancak dan Mak Iwang.
I love them all to bits.
33 komentar:
allahummaghfirlaha..warhamha..waafihaa..wafuanha
Innalillahi wa inna ilaihi rojiun...
Semoga Allah mengampuni kesalahan Almarhum dan menerima amal sholeh beliau...
Amien. Insya Allah, Allah Ta'ala akan memelihara mereka berdua dalam kebaikan selepas dunia fana ini.
Turut berduka cita. Semoga kita masih dianugerahi banyak orang baik di sekeliling kita, pada siapa kita bisa menuai hikmah dan meneguhkan semangat.
innalilaahi wa innalillaahi raji'uun ..
mbak Mun ojo sedih ya .. sabar ya mbak
innalilaahi wa innalillaahi raji'uun ..
semoga mereka dilapangkan kuburnya dan diampuni segala dosanya.
innalilaahi wa innalillaahi raji'uun ..
Semoga mendapat tempat terbaik di sisi Allah ya uni...
Inalillahiwainailaihi rajiun
Turuik berlasungkawa jo musibah ko
Tapi nan garih tatap lah garih, luruih indak babelok lai
Sudah cukuik dari nan kuaso
Innalilahi wa innailaihi rojiun... semoga kedua paman mendapat tempat yang terbaik di sisiNya. Ikut sedih dan kehilangan... *peluk Uni erat-eraaaat....*
inna liLlaahi wa inna ilayHi raji'un...
Allahummaghfirlahum warhamhum waafihi wafuanhum ..
keluarga di sumbar baik2 saja mbak di tengah gempa ini?
semoga keduanya mendapat tempat yang indah di sisi ALLAH
We glad to know the names of your good elders:
Uncle Ancak and Uncle Iwang.
We, as the uncles/fathers are always happy
and be gratitude to hear the children keep they
no more good ones in their sweet memories.
Now we can say Uncle Ancak and Uncle Iwang
in our praying to God. I bet She must be very glad
to receive them back.
The elders who know how to show the good examples
and how to be the sources of inspirations of their younger
are also our sources of inspirations and the triggers of
our aspirations/deeds.
Thank you, dear God for Uncle Ancak and Uncle Iwang.
We know that they are staying in your good caring and
in the hearts of their children.
Allahummaghfirlahum wa'aafihi wa'fu'anhum wa akrim nuzuulahum...
Dear Ayyesha.
God must understand your
language and your feelings.
Since I am not good in Arabic,
could you also please to translate
your prayer in English so that I could
also understand it?.
If you also translate it word by word
I am sure I shall learn better.
Ummu Sulaim; ketika ia berkata kepada suaminya, “Wahai Abu Thalhah, bagaimana pendapatmu, jika suatu kaum/tetangga kita meminjamkan suatu pinjaman, apakah yang meminjam itu berhak menolak mereka jika memintanya kembali?”
Abu Thalhah: “Tentu saja tidak.”
Ummu Sulaim: “Demikian pula dengan anakmu. Anakmu diminta kembali oleh yang MAHA MEMILIKI, ...."
Semoga kelapangan dan maghfirah bagi yang pergi, dan kesabaran bagi yang ditinggalkan.
Innalillahi Wa inna Ilaihi rojiun..turut berduka cita
Sudah berpulang kedua mamak ya Ni...Semoga beliau-beliau diberikan kelapangan
I'm not good at high class English so i'll translate it based on the indonesian translation
Allahuma = Dear Allah,
firglahum = please forgive them
Wa'aafihi = and bless them
Wa'fuanhum = and prosper them
Wa akrim nuzuulahum = ?
usually it ends with wa'fu anhu= and please forgive them
This is the prayer recited in after the third takbir in Salah Janazah
more on that you can click here
http://en.wikipedia.org/wiki/Salah#Janazah
Merinding bacanya, mbak, jadi inget mak etek, dan datuk yang sudah duluan menghadap ...
Subhanallah,
Semoga Allah SWT selalu melindungi mereka sampai hari Pertemuan nanti. Amin.
brother roel has translated it for you:-)
i am sorry, coz my english is very bad:-(
wa akrim nuzulahum=dan (semoga) memuliakan keturunannya
terjemahin ke inggris lagi ya bang:d
makasih dah bantuin, hehehe
btw, ni bang roel yg gambar nida kan?
and may their descendants be honoured(?)
wah, yang gambar nida,mah, pak Fauzi, saya hanya gambar shafiyah ..:D
Innalillahi wainnailaihi raji'uun....
Saudara-saudara semua, Feby, Mbak Wirda, Mas Tomi, Dinar, Mak Tian, Reni, Uda Gusdial, Mbak Ari, Mas Yudi,Ira, Pak Divdenic, Ayyessha, Hal, Uni Selly, Roel, Ferry, Titin: Termia kasih untuk donya. Semoga Allah mengabulkan. AMiin.
Seharian ini, bawaan weepy melulu. Sampe mata merah nggak ilang-ilang. Alhamdulillah, memang sedang ada masalah mata. Jadi bisa ngeles di tempat kerja kalau mata merah karena sakit.
Hh, Alhamdulillah, I am very lucky. Allah menempatkan saya di tengah keluarga besar yang loving, caring, dan always reach out for each other. Saya belajar mencintai apa adanya dari mereka.
Satu paman almarhum, sudah dipanggil Allah sejak saya SMP, selalu, selaluuu, jika saya pulang ke Palangki dari PAdang, dengan gembira berkata pada istrinya, "Potong ayam. Imun datang." Paman yang sama sering membonceng saya dengan sepeda beliau. Kalau gemas selalu mengulang-ulang, "Munce...munce..munce." Saat hari pasar/pekan, beliau menyelipkan sejumlah uang untuk jajan. Anak beliau yang 6 tahun lebih kecil protes, "Uni Imun dikasih uang!" Iya, kata beliau, kamu belanja dengan Uni.
Sama saja dengan cara Umak ke sepupu saya lebih besar. Uang diberikan pada yang lebih besar, dan yang kecil tinggal minta.
Itu yang selalu membuat saya kangen. Kami biasa 'ondoh poroh'. Ada yang sakit satu, semua datang. Satu bus datang dari Palangki menengok Umak. Lalu setelahnya ada semacam piket. Ada Etek yang menemani pas weekend. Ada yang datang sehari dua pas weekdays.
Ada yang senang, seperti saya melahirkan Arik di Padang, hari kedua usia Arik, tiga mobil datang dari kampung. Full house. Tidur tinggal menggeletak saja.
Yang datang membawa lauk aneka macam. Lauk kampung yang tidak mungkin dicari di Padang. Masak selalu beramai-ramai. Juga beberesnya. Yang kecil main ke pantai. Yang muda nongkrong di teras. Yang sepuh tidur tanpa alas di lantai, 'Panas'.
Tidak ada yang dikenal dengan nama asli. Umak dipanggil Lotiek,awalnya, nama asli beliau Nursuarti. Tapi, karena Uni Ema, sepupu saya memanggil Mak kociek (kociek = kecil....Umak dulu kurrrus dan kecil) maka Umak dipanggil siapa saja Mak Kociek. Lalu ada Etek Mentun, Etek Piani, Mak Ancak, Mak Beren, Mak Iwang, Mak Loli, Mak Adang, Mak Tua. Saya bahkan lupa nama asli Mak Iwang dan Mak Loli.
Adduh, one by one, the loved ones are lost to me.
Selama di sini, saya kehilangan 3 paman, 1 bibi, dan Ibu.
Setiap saya kehilangan yang satu, yang sebelum-sebelumnya kembali teringat.
Hari ini berduka untuk Mak Iwang, Pak Etek Ipul, Umak, Etek Kamben, dan Mak Ancak.
Padahal, ingin, menunjukkan pada anak-anak, this is how the big family care for each other. I suppose, we, the next the generation, have to carry on the tradition.
Allahummaghfirlahum wa'aafihi wa'fu'anhum...
amin untuk semua do'a yang terlantun
innalillahi wainna ilaihi roji'un...
moga dilapangkan kuburnya...
innalillahi wainna ilaihi roji`un...
semoga diampuni semua dosa2nya dan dilapangkan kuburnya.
Amiin ya Allah.
Terimakasih Wati, doanya.
Uni sayang, kangeen. Kapan bisa telpon ke rumah?
Ada jam berapa kah?
Thank you Roelworks for your translation,
it help me a lot.
It is a deep meaning prayer from
Ayyesha of course.
You have fulfilled all of your purposes
because God understands all languages.
Thanks to you and Roel.
U are wellcome (bro or sist?)
nice to know you, i hope, i can much better in english, so, we can sharing anything without trouble...:-)
ah ya...inget...sempet ada gambar komik Bang Roel pusing dikejar deadline kan?
nice comics bro:-)
baru tau :(
innalillahi wa innailaihi rojiun...
semoga Allah meyanyangi beliau-beliau dalam barzakh-Nya...
Posting Komentar