Sabtu, 24 Juni 2006

Menjejak tanah kelahiran

Tulisan ini ditujukan untuk memohon pengertian sahabat-sahabat yang ketika pulang ke Indonesia lalu tak sempat dihubungi.


Berangkat dari Newcastle, Ahad jam 6 sore. Sudah berbekal segala nomor telepon dan alamat. Sampai di Paris sejam kemudian. Menunggu boarding 5 jam lamanya. Menjelang tengah malam, borading Air France dan sampai di Singapore, jam 6 sore, hari Senin.


Febi dan Nida menjemput di bandara. Bersama Febi ke rumah beliau. Main dengan Nida, sampai Nida tidur. Namun, sampai dini hari, mata tak bsia pejam. Bukan hanya udara yang terasa demikian gerah, namun juga pikiran yang campur aduk. Rindu dengan suami dan anak. Cemas dengan kemungkinan terburuk yang bisa terjadi di kampung. Akhirnya, menghabiskan waktu antara ngaji, baca buku, dan ketika sudah suntuk banget, baring-baring saja.


Subuh Selasa, jam 5 keluar apartemen Febi, diantar sampai ke setopan bus. Nunggu taksi. 


Naik tigerairways jam 7 pagi kurang, dan sampai di  Padang satu jam kemudian. Dalam pesawat bisa mejam sekejab.


Ternyata, disambut keluarga besar. Pulang ke rumah di Padang, makan pagi dan lepas rindu. Cuci baju dan mengeluarkan oleh-oleh. Lepas Zhuhur keluarga besar mendahului ke Palangki. Sedang keluarga kecil akan menyusul sore.


Abis Zhuhur cari money changer. Tabungan tidak bisa diambil. Keliling Padang berdua Uda. Asyik banget, naik motor. Walau sering kaget dan bete dengar klakson mobil dan motor.


Sudah lupa. Kalau di Indonesia, klskson bisa tanda bersahabat, bisa juga menyuruh minggir (berkali-kali). Di UK hampir tidak pernah dengar klakson. Jadinya berasa bisiiing banget. Asli bete.


Hampir jam 4, bertemu money changer tak resmi yang nilai tukarnya rendah banget. Akhirnya menukar beberapa saja sambil sebagian minjam dari Uda. Lalu pulang, mandi, dan siap-siap ke Palangki lewat Bukittinggi.


Jam 5 lewat berangkat. Melalui Lembah Anai, Padang Panjang dan sampai di rumah ipar. Makan malam dan bertukar cerita. Menjelang jam 9 malam, berangkat ke Palangki. Sempat tertahan di jalan, karena ada truk mogok di jalan yang sempit.


Wui, melewati Danau Singkarak. Hm...sayangnya malam gulita. Jadinya cuma bisa membayangkan saja.


Sampai di Palangki jam 12 lewat.


Sempat shock. Duka itu masih darah.


Uda dan Arman tidur. Berbicara dengan Papa sampai jam 4 pagi. Banyak cerita. Juga mau mencari celah konsolidasi. Papa tidur, menunggu Subuh sambil membaringkan badan.


Tidur dua jam dari jam 6 sampai jam 8. Dibangunkan Etek yang mencari tau keadaan rumah, sambil pergi kerja. Kaget juga. Baru tidur sebentar.


Rabu:


Selepas itu, bergantian orang berdatangan. Tetangga. saudara. Tak pernah kosong tu rumah.


Beberapa kali Arman bilang ada SMS masuk untuk saya. Namun, mau balas gimana caranya. Sudahlah HP Arman tidak ada hurufnya (saking tu telepon tua dan sering dipake) juga sinyal antara ada dan tiada. Ada di sudut meja, di ruang tamu. Kadang ada, kadang tidak. Maklum kampung.


Nyambi bersih-bersih rumah.


Habis zhuhur mengunjungi kuburan Mak.


It's a final good bye. May Allah loves you forever.


Lalu jalan ke rumah Bibi (dahulunya rumah kakek-Nenek) tempat saya lahir. Bincang dengan dua sepupu tentang rancangan masa depan mereka. Lalu, jalan kembali ke rumah, melewati rumah-rumah yang bisa dibilang semua saudara.


At one point, saya sangat desperate. I wish, saya sudah membuat plakat/poster saja.


Isinya begini:


*Alhamdulillah, kabar baik. Suami dan anak sehat


* Pulang sampai di Padang Selasa pagi


*Anak sudah tiga, yang kecil perempuan.


*Mereka dengan suami di Inggris


*Tidak apa. Sudah ditinggalkan lauk pauk. Lagipula yang kecil tidak menyusu lagi


*Iya, sudah tiga tahun usianya.


Mulut ini sampai capeeee menjawab dan tersenyum. Pertanyaan juga standar begitu (kek kek kek)


Berkali-kali singgah di berbagai rumah. Ada yang hanya 5 menit, ada harus 1/2 jam. Semua punya alasan untuk disinggahi. Mulai dari yang konsultasi masa depan, keluh kesah perasaan, sampai sekedar, jika tak disinggahi = cari perkara, he he he


(Perasaaan sudah merangkap konsultan, dukun, dokter, dan diplomat, dah)


Perjalanan yang tanpa hambatan itu bisa 15 menit, baru terakhiri setelah 2,5 jam. Fuih.


Sampai di rumah dah Maghrib.


Came the 'h' hour. Diskusi berempat saja. Papa, Uda, Arman dan saya.


What word can express it?


sampai jam 11 malam. Perut keroncongan. Sebagai tanda berdamai, cari makan keluar. Namun, ternyata sebagian besar warung sudah tutup. dari rencana awal mau makan 2 kilo dari rumah, akhirnya malah bermotor ke kota Sijunjung, 20 kilo jaraknya. Dua motor. uda dan Arman, saya dan Papa.


Syereeem, pas lewat gambok. Jalan pintas ke Muaro Sijunjung yang masih rimba. haiyaaa....ada yang rasanya ikut di belakang...Huaaa


Sampai di rumah jam 1 lewat. Arman dan Papa tidak nginap di rumah. Tinggal berdua dengan Uda. Bisalah tidur 3 jam. Lalu Subuh dan makan pagi.


Kamis:


Diajak uda mengunjungi salah satu Kakek, tetua di keluarga Umak di Solok. Pergi naik motor saja. Asyiik, motor lagi. Walau di jalan diguyur hujan...walau maja hampir merem, ngantuk, namun kunjungan tiu penuh makna.


Wajah tua yang berbinar-binar bahagia. Saling cerita.


sampai di rumah sudah Ashar. Kelaurga Mak  berencana  menginap bersama, di malam terakhir itu. Sebelumnya membereskan masalah seseorang dulu. Ibu dia tumor jinak, sudah sangat besar. Namun sempat bermasalah dengan rumah sakit. Pergi mengunjungi puskemsma mencari tau bagaimana bisa mempercepat proses pengobatan ibu ini.


Sebagian baju disisihkan untuk orang-orang tertentu. Sisanya dibagi saudara-saudara Mak.


Rumah penuh. di depan Ocu, Mak  Tuo dan Mamak. Di ruang tengah para sepupu remaja. Di ruang makan, sepupu cilik. Di kamar bibi yang muda dan sepupu yang dewasa. Saya? Membagi diri saja. Ketika semua tidur jam 2 pagi itu, saya membereskan barang Umak untuk terakhir kali. Baru bisa pejam mata jam 4 pagi, sampai jam 5.


 


Jumat:


Habis Subuh, Papa menjemput. Ke Padang dengan Arman. Sempat mogok di jalan. Mobil Papa sudah tua dan karatan, memang. Sampai di Padang langsung ke BTN, urus tukar nama dan setrusnya. Dipotong sholat Jumat. Diterusin sampai jam 4 sore. Cari tiket ke Jakarta. Papa pulang sore itu juga.


Malam di Padang beberes kamar yang di Padang. Mencari beberapa barang. Sampai jam 2 pagi. Jam 4 pagi sudah keluar rumah dengan Arman dan sepupu. Pesawat berangkat jam 6. Menunggu bus menuju Airport di Simpang Gia.


Total tidur sampai dari Ahad-Jumat: 8 jam, give or take...


dilanjutin ntar...nonton bola dulu

16 komentar:

Ummu Ihda mengatakan...

begitu beratkah duka itu? Semoga telah berlalu ya Un. (sptnya saya dpt meraba, tp khawatir salah.:)

maimon herawati mengatakan...

minimal, the big bulk of the problem sudah diuraikan, Mbak. Berat? Kalau nggak pertolongan Allah, mungkin udah collaps ya...

maimon herawati mengatakan...

Terusan:
*Swedia kalah.*
sore Jumat mengunjungi beberapa teman Mak di PAdang. Baru bisa memakai HP (setelah minjam sim Arman setelah mendarat di Jakarta. Baru dipakai sebentar, isi pulsanya habis...yaaaa).
dijemput Iyok di bandara dengan Ibu, pengasuh Alisha dan anakku yang cakep. dari sana, singgah di Jl. pemuda, al ithishom, beli buku-buku. Beli banyak. (Sebagian dibayari Ibu) Dari Jl Pemuda, singgah makan di Rumah Makan PAdang Rawamangun. Waaa, betulan dah pulang kampung.
The first makan yang proper. Karena di Padang dan Palangki, bisa dibilang, saya hampir tidak makan. Mungkin karena cuaca, bisa juga karena pikiran. Yang jelas, almost eat nothing (less sleep as well).
Dari sana ke TK Ibu. Bagus banget deh TK Tralili itu. Lalu ke Galaksi. Catch up everything dengan Iwik. 6 tahun berpisah....Siang sampai sore mencoba mengenal Almer, sekaligus mengenal lagi anakku yang sudah setahun pisah.

*Aneh. Mama dan Bapak nggak sekeras kepala ini. It made you question whether genetic also can be passed through feeding. ~Keras kepala Alisha lebih mirip Umi, he he he~*
Malam Bapak ngajak jalan keluar, makan. Seperti persis 6 tahun lalu. Saat hamil sembilan bulan, jalan-jalan sama keluarga. Iwik dan Almer, pengasuh, Iyok nyetir, Bapak dan Ibu. Alisha. Asli, full car.
Sepulang dari sana, Iyok udah teler. Di jalan juga keliatan sudah mual-mual. Tapi, berhubung time is precious, dibetah-betahin ngobrol sampe jam 12.
Di Galaksi tidur paling lama bisa didapat.
Ahad:
Pagi sudah siap-siap berangkat ke bandara. A bit of family things to discuss beforehand.
#Want to hug ibu long long time....the only Mum I have now#
Sampai di bandara, waktu terlalu mepet untuk top up sim card Arman.
Pekan Baru....jam 12.
Rasanya Pekan memanggang. Namun, Uni (kakak Da Andri) dan Uda membuat panas terik berubah sejuk.
Berhasil membeli kartu top up dalam perjalanan pulang ke bandara. #Ternyata salah juga....nggak bisa dipakai, hiks#
Sore-malam pengenalan kepada keluarga Bako Wafa. Dulu hanya sempat bertemu sejam-dua jam. Very nice.
Bisa dekat dengan Uni. Do lots of things. Feel at home.
Malam diajak keliling Pekan Baru. Ke Gramedia, cari buku sekolah untuk Arik dan Muhammad. Makan jagung bakar. Minum teh botol (horeeee, at last!). Just a nice family outing. Ada Nurul, ipar, istri Eri. Eri anak Etek. Etek adik Mak Da Andri.
Malam Eri datang, sepulang kerja. Ngobrol banyaaaak karena Eri wartawan.
#Question: Apakah betul kader PKS di Pekan was that bad? I was in denial. But, the evident? In front of my eyes, at least Eri saw it.
*Kalau di tempat lain, Eri masih repect sama kader PKS, Ni. Cuma....*
Mau nangis. Allah. Kita di sini untuk dakwah....kalau kita sudah kehilangan pegangan, umat bagaimana? Bagaimana janji kita kepada Allah untuk berjuang menegakkan kebenaran?
Sepulang Eri, ngobrol berdua dengan Uni. Mencoba mendalami suami dari sisi lain, dari dari kisah masa kecilnya. It's refreshing. I am falling love...again....
Senin:
Uni tidak pergi kerja. Nisa juga bolos. Hari itu, siangnya, bertepatan mertua Uda datang. Jadi, satu pergi, satu datang. Uda kerja setengah hari saja. Dua ponakan sekolah.
Setelah makan pagi dan beberes rumah dengan Uni, ke bandara, sambil menukar sim card. Ternyata, harus beli kartu baru. Jika tidak top up hangus. Ah well.
Sampai di Padang menjelang sore. Rumah masih sepi. Beberes rumah, mengunjungi beberapa saudara yang belum terdatangi. Malam Mamak, Etek, Mak Tuo datang dari kampung. Dua dari 3 saudara perempuan Umak. Beberapa sepupu.
Malam itu, ajaib, I feel at last I can understand both mum's sisters better. To know them as very strong women, just like Mum, although different. To realise, that, indeed, I am not loosing at all. I still have them. Because, that's is a bloodtie thing.
Diskusi dengan dua Induok sampai jam 3 pagi. Dan jam 6 sudah harus jalan ke Simpang Gia.
Selasa: Last Day
Bergantian menemani Etek dan Mak Tuo sepanjang jalan. Menggenggam tangan le

maimon herawati mengatakan...

Just want to add:
segala kesuliatn dengan teknologi HP + sim card (dengan demikian janji saling ngobrol tidak bisa ditunaikan), dari Allah. Seakan Allah tidak mau saya berbagi moment.
dan betul, every minutes I was occupied, mentally or physically.

maimon herawati mengatakan...

the last ps.
Mohon maaf beribu maaf kepada teman-teman yang tidak bisa menghubungi (sinyal HP di kampung antara ada dan tiada), yang sudah mengirim sms (bahkan beberapa sms tak sempat saya baca...), yang belum saya balas sms...yang belum ditelepon,...yang belum dikunjungi.
Wish, Allah will give us more time, in the future.
Insya Allah akan berkeliling, mengunjungi satu-satu.

oki murazza mengatakan...

Hehehe..tabayang kondisi setting caritonyo..tamu jauah ma...tiok janjang rumah yang disinggahi, gulai jo lauak mananti. Ka disantuang paruik kanyang, indak dikinyam, tuan rumah bisa salah paham, singkek carito, salasai singgah..kantuak datang dek karano paruik lah overload :D

liliek hidayati mengatakan...

Iya Mbak,padahal kostku deket dari galaxy lho...

Dina Sulaeman mengatakan...

wow....

yuni hanafi mengatakan...

sekarang ada dimanakah teh imun?

maimon herawati mengatakan...

UK :-)) back at Newcastle

Imazahra Chairi mengatakan...

Huuuuuuh, kebayang capeknya :-) Mudahan yg terbaik utk semua pihak :-) amiiin...
*Padang 'wajah'nya seperti apa sekarang Teh?*

prajuritkecil tak bernama mengatakan...

iya...dimaafin teh...
sulit kali menghubungi dikauiii....

zirlyfera Jamil mengatakan...

hiks, gak sempat ketemuuuuu

Lia Barra mengatakan...

Membayangkan perjalanannya cape sekali...:) Alhamdulillah semua tuntas ya Teh..

riga salampessy mengatakan...

Culunnya ayang............
ayang pikir teteh balik beneran ke Indonesia.
Alhamdulillah sempet nelpon walaupun sebentar dah denger suara teteh

Inci Amal mengatakan...

Foto-fotonya disertakan juga dong, mbak
biar tambah asyik ceritanya
salam kenal