Jumat, 18 September 2020

(Diari Jelitamil) The Impossibility

Saya termasuk yang tune-in dengan badan. Bahasa lainnya, sensitif dengan rasa-rasa badan. Bisa juga dibaca: sensor rasa di badan tajam. 

Sudah beberapa hari saya rasakan jantung berdetak lebih cepat. Sejak 4 September, jantung memompa lebih cepat. Mungkin karena kopi, walau jumlah kopi yang dikonsumsi sama saja. Atau karena kurang olahraga.

Beberapa hari sebelum jantung terasa berdebar cepat, tanda-tanda tamu rutin mulai kerasa hanya berbeda. Biasanya bagian kiri rahim yang tegang dan nyeri. Kali ini malah sebelah kanan. Apa hal? Apa kista di ovarium sudah pindah bagian kah?

Beberapa hari setelah jantung berdetak lebih kencang, muncul sensasi lain. Tidak nyaman pakai bra. Nah, apalagi ini?

Tanggal terakhir haid kapankah? 

Saya tidak mengingat-ingat tanggal haid lagi karena merasa tidak ada kepentingannya. Dokter mengatakan saya sudah mendekati  pra-menopause. Dengan demikian, tinggal beberapa lama lagi kesempatan cuti sholat.

Saya tanya pada Nakdis, dia ingat tidak kapan saya haid terakhir kali. Dia tidak ingat. 

Akhirnya memeras ingatan kapan kekira jadwal haid lalu itu. Kecurigaan mulai menyusup kencang. Jantung berdetak lebih kencang....Ini tanda khas ketika anak-anak dititipkan dulu. Lalu tidak nyaman dengan bra. Lalu....sakit perut yang berbeda dari biasanya.

Ada test pack kah?

Tapi usia saya sudah 46 tahun! Menurut berbagai website kesehatan di luar negeri, hampir tidak mungkin conceive naturally. 

Tapi belum ketemu test packnya. 

Ah, lebih baik tunggu 11, bisi semua hanya sensasi emak jelang lima puluh tahun yang ditipu hormon. Walau tidak hapal tanggal, tapi biasanya haid datang Jumat sekitar Dhuhur. 

Makin lama badan makin terasa kacau. Akhirnya bongkar-bongkar laci. Ketemu test pack jaman baheula. Siang. Coba aja. Walau katanya, konsentrasi hormon tipis kalau siang hari, tapi coba aja.

Bawa deh test pack ke toilet. Daaan....garisnya dua dong. Speechless.

Sholat Dhuhur kali itu khusyu banget. Rabbi, saya tahu hasil ini benar karena badan sudah mengindikasikan kehadirannya beberapa hari terakhir. Tapi, saya sudah tua. Karena ini kehendak-Mu, maka jangan tinggalkan kami, lindungi kami, kuatkan kami. 

Saat suami pulang dari mesjid, saya bawa strip bergaris dua itu.

"Ada hadiah untuk Abi."

"Apa?"

Menyodorkan kertas tipis itu. 

Suami tertawa, wajahnya tidak percaya. "Masa sih? Kan sudah lama enggak."

Iya, 13 tahun tepatnya.

"Test pack-nya salah kali."
"Test pack hanya salah jika tidak ada garis atau tipis. Ini kalau dua dan jelas begini, biasanya benar."

Lalu menjelaskan berbagai kondisi badan yang khas dan sudah berapa lama sensasi aneh itu muncul.

"Coba pakai test pack lain."

Saya paham ketidakpercayaan ini. Dokter mengatakan saya mendekati usia menopause; Nenek pijit langganan mengatakan rahim saya tidak mungkin membawa bayi lagi. Tapi, seluruh tanda khas sedang bawa bayi saya miliki. 

Ya, mungkin perlu beli test pack baru, bukan test pack usia yang entah kapan.